Memanfaatkan kekayaan alam Indonesia, tim pengabdian kepada masyarakat (Abmas) dan tim KKN dari Departemen Teknik Mesin Industri, Fakultas Vokasi ITS, rancang alat pengolah biji kemiri jadi minyak kemiri.
Aditya Yoga Eka Nugraha, satu di antara tim abmas menyampaikan bahwa Desa Pakuan Kecamatan Narmada, Lombok Barat, memiliki sumber daya tanaman biji kemiri yang melimpah dan belum termanfaatkan secara optimal. Diketahui harga biji kemiri utuhan yang dijual para petani dengan kisaran harga Rp10.000 sampai Rp20.000.
“Jika dibandingkan dengan kemiri yang sudah diolah terpisah dari cangkang dan juga menjual minyak kemiri, maka para petani akan lebih mendapatkan keuntungan yang besar dengan memanfaatkan kekayaan alam secara optimal,” terang Aditya Yoga Eka Nugraha, Selasa (12/1/2021).
Lebih lanjut, mahasiswa yang akrab disapa Yoga ini menyampaikan bahwa alat pengolah biji kemiri menjadi minyak kemiri dibuat dengan konsep proses manufaktur. Keunggulan alat tersebut yaitu dapat memecah biji kemiri dengan jumlah banyak sekaligus dengan hasil yang bisa langsung diolah menjadi minyak kemiri. “Alat ini sudah melalui pengujian terlebih dahulu sebelum dilakukan pengiriman ke Desa Pakuan,” kata Yoga.
Kegiatan pengembangan alat yang telah dibuat selama empat bulan ini dilanjutkan dengan sosialisasi pengarahan penggunaan. Setelah alat tersebut sampai di Desa Pakuan, para petani langsung memanfaatkannya. “Bahkan beberapa telah menerima pesanan sejak produk ditawarkan, penjualan pun sudah masuk pasar online,” ujar anggota tim Nogogeni ITS ini.
Menurut Yoga, masyarakat Desa Pakuan sangat menyambut kehadiran alat pemecah biji kemiri ini. Mereka berharap dapat meningkatkan penghasilan desa dan juga mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) para petani biji kemiri di Desa Pakuan. Para petani juga menyampaikan bahwa mereka mengharapkan alat ini segera dikomersialkan dengan kuantitas lebih.
Yoga mewakili tim Abmas ITS menyampaikan bahwa dengan adanya alat pengolahan biji kemiri ini diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua petani yang ada. “Semoga alat ini dapat menjadi jalan dalam membantu meningkatkan taraf hidup dan perekonomian petani melalui pengolahan komoditas unggul,” pungkas Yoga.
Teknologi tepat guna ini dirancang oleh tim Abmas dan KKN yang terdiri dari delapan mahasiswa dibimbing oleh Dedy Zulhidayat Noor ST MT PhD dan diterapkan di Desa Pakuan, Kecamatan Narmada, Lombok Barat.
Delapan mahasiswa tersebut adalah Fitra Bagus Hendi Prabowo, Ngurah Gatot Saguna Wijaya, Mohamad Tedi Prasetiyo, Aditya Yoga Eka Nugraha, Diego Surya Dewangga, Wahyu Dwi Putranto, Rahmad Rahardian Dias Affandi, dan Amirah Cetta Elysia.(tok/ipg)