Menjawab tantangan kurang akuratnya, thermo gun, 3 mahasiswa PENS rancang Descotin yang mampu mengukur suhu tubuh orang yang melintas di depan sebuah kamera. Sebagai bagian partisipasi ikut mencegah penyebaran Covid-19.
Tim MataCovid PENS yang terdiri tiga mahasiswa Teknik Komputer, Muhammad Alan Nur sebagai ketua tim, Pravasta Caraka Bramastagiri dan Eva Rahmadanti, merancang produk inovasi Descotin (Deteksi Suhu untuk Covid-19) berupa kamera thermal yang mampu memantau suhu tubuh pada setiap orang yang melintas di depan kamera ini.
Muhammad Alan Nur menyampaikan bahwa dirinya pernah mengalami kejadian thermo gun yang tidak akurat. “Ketika petugas melakukan pemeriksaan suhu tubuh menggunakan thermo gun dengan cara di tembakkan, hasilnya suhu tubuh yang terdeteksi sangat tidak akurat, eror 32 derajat celcius, dan saat itu juga terjadi penumpukan antrian yang menyebabkan beberapa orang tidak melakukan social distancing,” terang Muhammad Alan Nur.
Ketiga mahasiswa PENS ini menciptakan sebuah alat deteksi dini suhu tubuh dengan memakai kamera thermal yang diberi nama Descotin (Deteksi Suhu untuk Covid-19).
Alat ini dapat memantau suhu tubuh setiap orang yang melintas di depan kamera, jika terdeteksi suhu tubuh tinggi, sesuai dengan indikasi gejala Covid-19, maka kamera akan melakukan capturing wajah ornag tersebut kemudian dikirimkan ke aplikasi mobile yang dimiliki setiap petugas dalam bentuk early warning system.
“Descotin mempunyai beberapa fitur utama, diantaranya dapat mendeteksi suhu tubuh setiap orang yang berada pada zona tertentu. Selanjutnya dapat melakukan capturing orang yang memiliki suhu tubuh diatas 38 derajat celcius berupa gambar dan wajahnya. Dan yang terakhir, memberikan early warning system secara otomatis kepada petugas, menginformasikan seseorang yang memiliki suhu tubuh diatas normal,” tambah Nur Alan sapaan Muhammad Alan Nur.
Sistem operasional alat Descotin dengan melakukan deteksi suhu tubuh menggunakan kamera thermal, dan dapat melakukan capturing wajah yang memiliki indikasi suhu tubuh tinggi.
Terintegrasi dengan aplikasi manajemen informasi berbasis website, dimana di dalam website nantinya dapat mengatur system Descotin, seperti menambahkan kamera baru untuk diintegrasikan ke website, menambahkan lokasi dimana kamera di-install, dan terdapat riwayat hasil capturing kamera thermal ketika mendeteksi suhu tubuh tinggi. Dari hasil tersebut dapat digunakan untuk mengkonfirmasi suhu tubuh seseorang.
Pravasta Caraka Bramastagiri anggota tim ini menambahkan, bahwa produk Descotin ini memiliki fungsi automation auditing untuk orang-orang yang memliki suhu tinggi, wajah dari orang yang memiliki suhu tubuh tinggi tersebut akan disimpan ke database untuk dapat dilakukan screening.
Descotin nantinya akan secara langsung memberikan alert notification ke operator sehingga operator tidak perlu melakukan pengecekan secara beruling.
“Descotin memudahkan petugas dalam mengamankan orang yang diduga memiliki gejala Covid-19. Dapat melakukan pemeriksaan suhu tubuh secara efektif dan akurat, dan menghindarkan terjadinya penumpukan antrian akibat pemeriksaan tubuh secara manual atau menggunakan thermo gun. Ditambah, saat ini mulai diterapkannya new normal membuat para pekerja beraktifitas secara normal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang sudah ada. Tentunya alat ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi suhu tubuh secara cepat dan akurat,” tegas Pravasta Caraka Bramastagiri.
Ketiga mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ini berharap, kedepannya produk ini dapat mengidentifikasi orang yang mempunyai riwayat seperti lokasi terakhir dikunjungi, informasi KTP atau informasi dan data yang terintegrasi langsung ke database instansi terkait.
Dijadwalkan bulan Agustus 2020 mendatang, perangkat Descotin akan diujicobakan di beberapa tempat, terutama disejumlah instansi yang sudah di daata sebelumnya.(tok/iss)