Jumat, 22 November 2024

Kembangkan Serat Pisang untuk Material Konstruksi Unnar Gandeng Peneliti Malaysia

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Peneliti Universitas Narotama dan peneliti Malaysia kembangkan serat buah Pisang sebagai bahan konstruksi. Foto: Humas Unnar

Jagat konstruksi terus berinovasi gunakan green recycle material, atau material-material berbasis alam yang tidak hanya bisa digunakan satu kali. Peneliti bidang teknik sipil eksplor potensi lokal yang bisa digunakan gantikan material konvensional.

Itu pula yang dilakukan Dr. Ikhsan Setiawan dosen Universitas Narotama Surabaya, yang berkolaborasi dengan para peneliti dari Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) dalam dua penelitian mereka yang bertajuk “Sustainable Banana Fiber Bio-Filter” dan “Eco-Blocks: Sustainable Interlocking Blocks for Construction”.

Ikhsan menjelaskan bahwa material kontruksi konvensional memiliki tingkat akumulasi waste yang tinggi yang dapat menyebabkan masalah serius. Terutama karena bahan-bahan tersebut hanya bisa digunakan satu kali. “Dampaknya jelas bisa merusak lingkungan karena mencemari tanah, air, dan tumbuhan,” terang Ikhsan.

Oleh karena itu, kolaborasinya dengan peneliti dari UTHM ini berusaha untuk mengeksplorasi potensi lokal sebagai bio aditif material konvensional, salah satunya adalah serat pisang. “Alasan memilih serat pisang adalah salah satunya karena tanaman pisang sangat melimpah di Indonesia. Bahkan banyak sekali tanaman pisang yang tumbuh liar dan kemudian hanya diambil buah dan daunnya sementara batangnya tidak dipergunakan,” lanjutnya.

Dan setelah melalui riset awal, ditemukan bahwa serat pisang terhitung memiliki kekuatan yang mendekati beton normal. “Tentunya penelitian awal ini masih membutuhkan tindak lanjut yang cukup panjang. Tapi setidaknya saat ini kami bisa menyimpulkan bahwa serat pisang bisa menjadi aditif yang baik untuk material konstruksi. Dan tentunya sangat bisa digunakan di Indonesia,” kata Ikhsan.

Selain itu, Ikhsan berharap dunia konstruksi Asia juga bisa meniru Eropa yang sudah mulai menerapkan daur ulang material konstruksinya. “Di Eropa, ketika ada aspal yang rusak, maka mereka akan mengambil sebagian dari aspal tersebut dan mendaur ulangnya untuk memperbaiki aspal yang rusak,” tuturnya.

Ikhsan melanjutkan, kolaborasi dengan peneliti dari Malaysia ini juga bukan tanpa alasan. Riset kolaborasi semacam ini memiliki banyak sekali keuntungan, salah satunya adalah mengangkat kepercayaan dunia yang lebih luas atas kemampuan sivitas akademika institusi-institusi yang terlibat.

“Kami dari Universitas Narotama Surabaya sudah cukup sering melakukan riset kolaborasi semacam ini dengan peneliti dari universitas di luar negeri. Itulah juga yang membuat peringkat Universitas Narotama di SINTA cukup tinggi. Saat ini saja Program Studi Teknik Sipil Universitas Narotama memegang peringkat 1 SINTA se PTS Nasional,” pungkas Ikhsan, Sabtu (19/9/2020).(tok/bid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs