Facebook menyatakan mereka tidak mendapatkan keuntungan dari ujaran kebencian, menyusul boikot memasang iklan di platform tersebut dari sejumlah perusahaan di Amerika Serikat.
“Saya ingin menegaskan secara jelas: Facebook tidak memperoleh keuntungan dari kebencian. Miliaran orang menggunakan Facebook dan Instagram karena mereka memiliki pengalaman yang baik – mereka tidak ingin melihat konten yang penuh kebencian, pengiklan kami tidak ingin melihatnya, dan kami juga tidak ingin melihatnya. Tidak ada insentif bagi kami untuk melakukan apa pun selain menghapusnya,” kata Nick Clegg VP Global Affairs and Communications Facebook, dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (2/7/2020).
Facebook tidak menjelaskan apa dampak boikot tersebut terhadap Indonesia, namun, menyatakan mereka berinvestasi miliaran dolar setiap tahun, baik pada orang dan teknologi, untuk menjaga keamanan platform tersebut.
Mereka menambah tim di bagian keselamatan dan keamanan hingga kini berjumlah lebih dari 35.000 orang.
Sejumlah perusahaan besar menarik iklan mereka dari Facebook karena platform tersebut dianggap tidak bertindak cukup untuk mengatasi ujaran kebencian. Boikot ini bermula dari keputusan jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg untuk tidak menghapus unggahan yang kontroversial dari Presiden AS Donald Trump tentang aksi protes anti-rasisme.
Platform media sosial lainnya menghapus dan melabeli unggahan Trump sebagai ujaran kebencian.
“Ketika kami menemukan unggahan yang penuh kebencian di Facebook dan Instagram, kami mengambil pendekatan tanpa toleransi dan menghapusnya. Ketika konten gagal diklasifikasikan sebagai ujaran kebencian atau kebijakan kami yang lain yang bertujuan mencegah kerusakan di dunia nyata atau penindasan pemilih, kami berada di sisi kebebasan berekspresi karena pada akhirnya, cara terbaik untuk melawan ujaran yang menyakitkan, memecah belah, dan menyerang adalah dengan lebih banyak bicara. Mengeksposnya kepada cahaya lebih baik daripada menyembunyikannya di bayangan,” kata Clegg dilansir Antara.
Facebook pada Juni lalu menghapus hampir 90 persen dari ujaran kebencian sebelum dilaporkan pengguna. Pada kuartal pertama 2020 mereka menghapus 9,6 juta konten.(ant/tin)