Jumat, 22 November 2024

Pengawet Alami Buah, Sabet Penghargaan Internasional

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Tim Departemen Teknik Kimia ITS peraih penghargaan internasional dengan karya pengawet buah alami. Foto: Humas ITS

Mahasiswa Departemen Teknik Kimia ITS, Ferdi Saepulah dan Filo Sofia Kamila Mukmin, ukir prestasi internasional, sabet silver medal (medali perak) kategori Science College ajang International Science Technology Engineering and Competition (ISTEC) di Graha Pos Indonesia, Bandung.

Temuan inovasi Kitoshelium, berupa pengawet alami untuk buah-buahan, tim ITS ini berhasil menyabet peringkat kedua pada ajang bergengsi tersebut.

Kompetisi ISTEC yang diadakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) ini mengusung tiga kategori yang diperlombakan, yaitu Sains, Engineering, dan Teknologi.

Dikarenakan pernah mengikuti ajang serupa yang diadakan oleh IYSA, membuat Ferdi dan rekannya disarankan untuk mengikuti acara yang juga diikuti oleh beberapa peserta dari jenjang pendidikan mulai SD sampai perguruan tinggi tersebut.

Sebagai perwakilan dari ITS, Ferdi menyampaikan setiap tim atau peserta diberikan stan dan memasang poster untuk memamerkan produknya semenarik mungkin. Lalu juri akan memberikan penilaian kepada masing-masing produknya.

“Produk yang kami hadirkan berupa pengawet buah-buahan dan kebetulan kita dapat juri dari Afrika Selatan dan Thailand,” terang Ferdi Jumat (17/1/2020).

Pemuda kelahiran Bandung ini memaparkan, inspirasinya muncul dari teman ibunya yang mempunyai usaha salad buah. Namun mempunyai kendala buahnya yang mudah membusuk walaupun dimasukkan ke dalam pendingin, malahan buah akan berkurang kesegarannya.

“Teman mama waktu itu menantang saya buat mencari solusi ini, karena saya dari teknik kimia maka dari itu saya menyanggupi dan mencobanya,” papar Ferdi.

Dengan adanya Kitoshelium, lanjut mahasiswa angkatan 2019 ini, buah yang tadinya hanya bertahan dua sampai tiga hari, bisa sampai seminggu kesegarannya.

Konsep ini seperti formalin, yang bisa mengawetkan makanan, tetapi bedanya Kitoshelium ini berbahan dasar alami. Dari ekstrak minyak Bawang dan cangkang Kerang hijau yang biasanya menjadi limbah begitu saja.

Dari bahan dasar ini dicampur dengan pelarut asam sitrat. Setelah jadi sebuah larutan, buah yang diperlukan direndam selama tiga menit lalu ditiriskan.

“Sebelum digunakan atau dikonsumsi, buah yang sudah ditiriskan tadi masih mengandung bau bawang, namun bisa dihilangkan dengan dicuci terlebih dahulu,” ujar Ferdi.

Tim yang dibimbing oleh Setiyo Gunawan ST PhD ini juga mengatakan, kalau penilaian juri yang bisa membuat mereka meraih silver medal adalah produk yang mereka hasilkan belum pernah ditemukan oleh peneliti lainnya.

“Penelitian ini merupakan inovasi terbaru yang kami hasilkan, dan kami berencana membuat jurnalnya agar bisa terpatenkan,” lanjut Ferdi.

Tak hanya sampai di situ, kata Ferdi juga membuat roadmap skala pabrik, rancangan penjualan, dan juga sudah dikomersialkan.

“Penjualan dari Kitoshelium ini masih dipromosikan ke mahasiswa sini-sini (ITS, red) aja sih, semoga ke depannya bisa lebih banyak peminatnya,” kata mahasiswa kelahiran 29 April 1999 ini.

Meraih medali perak sendiri merupakan sesuatu di luar perkiraan mereka. Pasalnya, mereka juga bersaing dengan tim-tim lawan yang mempunyai inovasi lebih bagus dan menarik, terlebih saingan dari Negara luar seperti Brazil.

“Ada dari Universitas Andalas yang juga mengeluarkan produk serupa bentuknya pengawet makanan bakso, namun inovasinya mengembangkan dari jurnal sebelumnya, bukan benar-benar baru,” terang Ferdi lagi.

Ferdi berharap hasil dari karyanya bersama tim tersebut bisa dikembangkan lagi. “Kami berharap akan lebih banyak yang berminat dengan produk kami, dan ke depannya ingin menemukan terobosan baru yang fokus pada bidang teknologi,” pungkas Ferdi.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs