Jumat, 22 November 2024

Pengembangan 5G : Belajar dari Kesalahan Docomo

Laporan oleh Eddy Prastyo
Bagikan
Seizo Onoe Chief Technology Architectnya NTT Docomo saat presentasi mengenai pembangan teknologi 5G di ConnecTechAsia2019 Singapore, Selasa (18/6/2019). Foto: Eddy suarasurabaya.net

Masa depan bakal berubah dengan munculnya teknologi jalur internet yang makin cepat. Kalau sekarang kita sudah merasakan kecepatan 4G yang mampu menghela data sampai kecepatan 100 mbps, 5G akan berkecepatan lebih dari 10 kali lipatnya.

Ada dua negara yang sudah melakukan uji coba komersial, Korsel dan China. Sedangkan Jepang dan AS masih agak terlambat dibanding dua negara Korsel dan China. NTT Docomo sebuah perusahaan teknologi Jepang yang di ConnecTechAsia2019 Singapore diwakili Seizo Onoe Chief Technology Architectnya, Selasa (18/6/2019) mengatakan, 5G akan banyak mengubah landscape industri telco dan OTT ke depan, termasuk model bisnisnya. Tapi mengembangkannya butuh strategi yang tepat supaya “kesalahan” dari pengembangan teknologi generasi sebelumnya tidak terulang.

Bayangkan saja, apa yang bisa dilakukan dengan kecepatan arus data sampai 1.000 mbps lebih? Sangat banyak. Yang pasti, seluruh lini industri berbasis atau berkaitan dengan digital akan terdampak dengan ini.

Dunia medis, misalnya. Dengan kehadiran 5G akan membuat tingkat presisi operasi jarak jauh akan makin mendekati kondisi sesungguhnya. Industri kreatif dan digital personal creative pasti akan booming. Industri cloud computing, server, dan storage harus lebih inovatif menyiapkan kondisi data dengan kecepatan (velocity), volume (ukuran), dan variety (ragam) yang ekstrem.

Bagi media dan konsumennya, 5G membuat pilihan jadi makin banyak tapi tidak demikian dengan SDM yang terlibat di dalamnya. Kecerdasan buatan dan sistem robotik akan membuat semuanya jadi lebih efisien. News anchor di televisi tidak lagi harus menghadirkan manusia ke dalam studio. Seorang anchor dijadikan model blad untuk dihadirkan citranya dalam kenyataan virtual.

Editor pemberitaan pun bisa disederhanakan fungsinya dalam satu sistem robotik yang mampu berpikir otonom membuat kamar berita, mungkin akan sepi dari kehadiran manusia.

Industri gaming juga dipastikan menemukan momentum terbaiknya, diikuti oleh device yang mendukung teknologi ini.

Pengembangan teknologi 5G, menurut Seizo Onoe, tidak sekompleks pengembangan 4G yang secara platform relatif berbeda dengan 3G. “5G adalah pengembangan dari 4G LTE,” ujarnya.

Meskipun masih dalam satu rumpun teknologi, dalam mengembangkan 5G, Docomo rupanya tidak ingin mengambil risiko seperti saat perusahaan itu mengembangkan 3G di tahun 2003.

“Sebagai pengembang pertama 3G di dunia, Docomo tidak memetik panen darinya,” ujarnya sambil tertawa.

Pelajaran lainnya dari pengembangan generasi teknologi ini di Docomo adalah : evolusinya harus segera dihentikan begitu ada generasi yang terbaru. Teknologi 3G, misalnya. Saat itu tengah dalam pengembangan 2xHSPA saat teknologi LTE 4G lahir. Akhirnya 3G dan 4G saat itu berkembang paralel. 3G melahirkan versi baru berikutnya, yakni 4x dan 8x multi carrier HSPA, sedangkan LTE melahirkan varian LTE Advance. Bisa ditebak nasib 3G lantas “tertelan” secara teknologi dan bisnis.

Belajar dari pengembangan 3G itu, sekarang Docomo lebih memilih pengembangan teknologi 5G secara kolaboratif bersama industri vertikal, utamanya yang berbasis dari Jepang. Di industri otomotif misalnya, Docomo bekerjasama dengan Toyota dan Denso. Di industri konstruksindengan Komatsu, sport dan gaming dengan Yamaha, imaging dan video bersama Sony, Panasonic, dan Sharp.

Docomo merencanakan teknologi 5G ini di Jepang bisa diluncurkan pada musim semi tahun depan.(edy/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs