Tim CO2 Free Air Device (CFD) adalah tim ITS yang berhasil meraih penghargaan perunggu International Invention and Innovative Competition (INIIC) Series 2 2019 di Palace of The Golden Horses, Selangor, Malaysia.
Tim yang diketuai oleh Ferdi Saepulah dan beranggotakan Filo Sofia Kamila Mukmin, Ahmad Imam Fatoni, Hafiz Salam, dan Naufal Allam Gani Atmojo ini, mengusung ide terkait asap kebakaran hutan warga Kalimantan dan Sumatera.
Asap kebakaran yang berbahaya bagi kesehatan tersebut menjadi fokus dari tim. Merasa bahwa masker yang berada di pasaran kurang efektif dalam menyaring kadar CO2 yang berbahaya, tim CFD tawarkan karya yang solutif dan inovatif.
Ferdi mengaku bahwa karya timnya ini berbeda dengan masker biasa yang hanya menahan partikel padatan yang ada di udara.
Padahal ada juga partikel seperti karbondioksida (CO2) yang berbahaya jika terhirup terlalu banyak oleh manusia, sehingga darah akan sulit untuk mengirimkan oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Menurut Ferdi, CFD dimunculkan sebagai inovasi alat yang dapat menurunkan kandungan zat CO2 yang menggunakan prinsip pengontakan udara kotor dengan larutan kapur.
Kalsium (Ca) akan mengikat dengan CO2 menjadi endapan Kalsium karbonat (CaCO3). “Alat CFD ini efektif menurunkan CO2 hingga 38 persen (satuan ppm),” ternag Ferdi.
Tidak hanya inovatif, lanjut Ferdi, karya timnya ini juga diakui cukup terjangkau dan efektif. Kelebihan utama dari inovasi tim ini ialah low cost with high efficiency.
Alat tim ini dibuat dengan mengutamakan pembersihan CO2 dari udara dengan teknik yang bisa dilakukan pada seluruh kondisi. “Hal ini menuntut agar mudah diproduksi, mudah dipahami teknik penggunaannya, dan bahan dasar mudah ditemukan,” kata Ferdi.
Dengan persiapan yang terbilang cukup singkat namun matang, selama satu setengah bulan tim CFD berhasil mengalahkan beberapa saingan dari berbagai negara lain.
Beberapa poin penilaian dapat ditaklukkan dengan manis oleh tim ini, di antaranya inovasi, kreativitas, dan penerapan pada masyarakat serta prospek penjualan ke depannya.
Penilaian pun dilakukan secara bertahap dari seleksi abstrak, pengiriman desain alat, hingga presentasi alat.
Keberhasilan tim ini tidak luput dari kinerja tim yang maksimal dan pembagian kerja yang efektif. Pemilihan anggota yang berlatar belakang angkatan yang berbeda-beda menjadi trik. Tim ini beranggotakan para mahasiswa dari angkatan 2019, 2018, hingga 2017.
“Perbedaan tahun angkatan tersebut memiliki poin yang saling melengkapi, setiap angkatan dan umur memiliki perbedaan pengalaman, di mana angkatan baru lebih berfikir kreatif dan angkatan lama lebih berpengalaman menyusun paper dan perakitan alat,” papar Ferdi.
Tim binaan dari dosen Teknik Kimia ITS, Setiyo Gunawan dan Fadlilatul Taufani, ini telah menetapkan target untuk karya CFD kali ini guna mendapatkan hak paten dari alat dan membuat jurnal ilmiah yang akan dipublikasikan.
Pada kompetisi tersebut, tim ini meraih penghargaan untuk kategori University dengan subtema Science, Engineering, and Technology.
Optimis akan perlombaan di tahun selanjutnya, ke depannya tim telah menetapkan tujuan yang lebih tinggi lagi. “Kami telah menganalisa bagaimana kriteria-kriteria dan cara yang harus dilakukan untuk memperbesar peluang kemenangan mencapai gold medal nantinya,” pungkas Ferdi, Senin (4/11/2019).(tok/ipg)