Monica Deta Elysia Roosmadhy Mahasiswa Program Studi Teknik Manufaktur Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) bersama timnya raih Silver Award kategori Higher Institution Students (Science, Engineering & Technology) pada International Invention & Innovative Competition (InIIC) Series 2/2019, di Palace of The Golden Horses, Malaysia.
Monica, mahasiswi semester tujuh ini menjelaskan bahwa Fluid and Thermal Energy Resource System atau disingkat Fluithers merupakan sebuah alat penghasil listrik dari energi terbuang Air Conditioner (AC) menjadi energi terbarukan.
Pembuatan Fluithers berangkat dari ketertarikan mahasiswi kelahiran Tangerang tahun 1998 pada energi. Ide konsepnya berawal dari hal yang sederhana dengan memperhatikan sisi pembuangan AC yang tidak terpakai dan menghasilkan angin panas.
Menurut Monica, bahwa panas atau energi kalor dan angin yang memiliki energi kinetik dapat diubah menjadi energi listrik.
“Berangkat dari kebutuhan masyarakat pada energi listrik, namun saat ini fosil sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik telah mencapai batasnya. Kemudian muncul ide untuk mengubah angin panas yang terbuang pada AC menjadi listrik sehingga bisa digunakan kembali oleh masyarakat,” terang Monica.
Pembuatan konsep dan proses merancang alat dilakukan oleh Monica dimulai pada bulan Agustus. Selama kurang lebih tiga bulan dalam merancang alat, mahasiswi yang gemar kuliner ini mengaku sering menemui tantangan dan kendala saat pembuatan alat khususnya dalam mencari baling-baling yang pas sesuai kecepatan angin dalam menghasilkan listrik.
“Cari baling-baling itu susah karena jenisnya beragam. Akhirnya menggunakan baling-baling horizontal. Kesulitan yang lain ketika mengetahui bahwa angin outdoor AC itu tidak bulat dan hanya berada dipinggir. Harus berpikir bagaimana cara menangkap energinya sehingga bisa menjadi listrik,” papar Monica.
Monica bersama timnya yang terdiri dari Harda Grahita, Michelle Grace Firensen, Cindi Friskila Andreline, dan Xaverio Anggara Nugroho berhasil membawa pulang piala, sertifikat, dan sejumlah uang. Mereka akan menyempurnakan dan mengembangkan Fluithers agar menjadi alat penghasil listrik yang baik untuk digunakan oleh masyarakat luas.
“Harapannya Fluithers bisa diperjualbelikan dan menjadi alat wajib bagi orang-orang yang memiliki AC. Semoga dengan hadirnya Fluithers maka masyarakat juga dapat menghemat biaya listrik dan energi rumah tangga,” kata Monica.
Sementara itu, ditambahkan Herman Susanto, S.T., M.Sc., Dosen Pembimbing sekaligus Dosen Program Studi Teknik Manufaktur Fakultas Teknik Ubaya bahwa pembuatan Fluithers berfokus pada penggunaan wind turbine dan termoelektrik dalam menghasilkan energi listrik. Wind turbine digunakan untuk mengubah angin menjadi energi listrik. Sedangkan termoelektrik untuk mengubah panas menjadi energi listrik.
“Output energi bisa langsung diaplikasikan pada lampu atau alat listrik yang lain. Keunggulannya yang lain adalah alat ini bisa menyimpan energi pada baterai. Jadi desain yang kami buat capable untuk langsung digunakan atau disimpan,” pungkas Herman, Sabtu (9/11/2019).(tok)