Peduli kemungkinan bencana tanah longsor, mahasiswa Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meracik paper ilmiah membahas pentingnya pendekatan geofisika dalam penanggulangan bencana.
Melalui lima metode geofisika yang terintegrasi, tanah longsor yang dialami menjadi lebih mudah untuk diatasi.
Adalah Frankstein Arphan, Gregorio Adri Prawira, Darrian Alisantoso bersama seorang mahasiswa dari Departemen Teknik Fisika ITS, Tita Oxa Anggrea, memulai risetnya ketika pembangkit listrik perusahaan Medco Power terus mengalami penurunan ketinggian tanah dan longsor. Bahkan, setelah dilakukan percobaan untuk ditanggulangi, longsor tak kunjung henti terjadi.
Sebelumnya, perusahaan tersebut telah mencoba untuk memindahkan jalur aliran air menuju pembangkit sebagai upaya untuk menanggulanginya.
Namun, setelah peninjauan kembali, nampaknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait bidang longsoran di daerah pembangkit.
Bekerjasama dengan perusahaan Medco Power tersebut, tim dari ITS dipertemukan dengan Sugiyono dan Pramadi, dari pihak perusahaan, untuk melakukan riset bersama.
Frankstein menyebutkan, bersama timnya ia menawarkan solusi dengan mengintegrasikan lima metode geofisika sekaligus, yaitu Very Low Frequency (VLF), Electrical Resistivity Tomography (ERT), Vertical Electrical Sounding (VES), serta Penginderaan Jarak Jauh dan Sondir.
“Metode penginderaan jarak jauh digunakan untuk mendapatkan data topografi dari suatu daerah,” terang Frankstein.
Data yang diperoleh dari ERT memberikan gambaran dua dimensi penampang bawah permukaan. Sedangkan data dari VES, memetakan bawah permukaan dalam satu dimensi, seperti menunjukkan lubang pengeboran.
Integrasi data ERT dan VES akan mewujudkan gambaran tiga dimensi permukaan bawah tanah yang dapat dijadikan acuan mendeteksi lapisan bidang batas.
“Hasilnya, menggunakan metode sondir, divalidasi untuk memberikan litologi prediksi hasil pengukuran,” tambah Frankstein.
Dikaitkan dengan data real time pengeboran, hasil bor ternyata menunjukkan adanya zona lemah yang diakibatkan oleh kebocoran pipa irigasi. Akibatnya, pada zona lemah tersebut, lapisan mudah untuk tergeser dikarenakan sifat lapisan yang jenuh terhadap air.
Sementara itu, Darrian Alisantoso menambahkan, selain dari kebocoran pipa, setelah melakukan analisis subsurface, ternyata banyak ditemukan mata air yang airnya terus mengalir deras, bahkan ketika musim kemarau panjang.
“Hal itu yang kemudian membuat tim kami menyimpulkan, banyak sedimentasi yang tersaturasi oleh keberadaan air di sana,” ujar Darrian.
Dari riset yang telah dilakukan tersebut, perusahaan dapat memperoleh acuan bidang batas yang ditemukan untuk diimplementasikan dalam menanggulangi potensi terjadinya bencana tanah longsor.
Berkat riset kerjasama ini juga, tiga paper berhasil ditulis sebagai buah karya mahasiswa ITS yang sampai di kancah internasional dalam ajang 7th AUN/SEED Net Regional Conference on Natural Disaster 2019 di Malaysia, bulan November 2019 lalu.
Seluruh paper tersebut, membahas tentang metode geofisika yang dapat memetakan struktur bawah permukaan secara tiga dimensi, sehingga diperoleh bentuk bidang longsoran suatu daerah sebagai upaya penanggulangan tanah longsor.
Ketiga paper hasil riset ini pun berhasil terpublikasi di IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (EES) or ASEAN Engineering Journal (AEJ) yang telah terindeks Scopus.
Tim binaan Dr Dwa Desa Warnana SSi MSi ini, menyampaikan terima kasihnya kepada PT PLN yang telah ikut terlibat dalam riset dan publikasi kali ini. “Atas dukungan dari PT PLN, kami berhasil tembus publikasi tiga paper kemarin,” pungkas Frankstein, Senin (16/1/2/2019).(tok/iss/ipg)