Sabtu, 23 November 2024

ES-PORT Karya Departemen Industri ITS, Berjaya di Korea

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Tim Departemen Industri ITS dengan karya ES-PORT merebut medali emas di Korea. Foto: Humas ITS Surabaya

Kembangkan gagasan kotak pendingin ramah lingkungan, bernama ES-PORT, Tim Dpartemen Industri ITS berjaya di Seoul International Invention Fair (SIIF) 2019 di Korea.

Mengusung gagasan kotak pendingin ramah lingkungan, ES-PORT, tim Departemen Teknik Industri ITS raih medali emas pada Seoul International Invention Fair (SIIF) 2019 di Korea.

SIIF merupakan perhelatan tahunan pameran produk riset yang pada tahun ini diikuti oleh 635 inventor dari 30 negara di seluruh dunia yang melingkupi kalangan mahasiswa hingga perusahaan multinasional.

Gagasan produk Portable, Practical, and Eco Friendly Storage (ES-PORT) yang merupakan hasil kolaborasi mahasiswa dan dosen Departemen Teknik Industri ITS ini mendapatkan penghargaan spesial dari tiga instansi, yaitu Taiwan Invention Association, Universiti Malaysia Trengganu, dan Patent Office of Cooperation Council for the Arab States of The Guils (GCCPO).

Delegasi ITS yang dibimbing oleh Dr Adithya Sudiarno ST MT IPM dan Ratna Sari Dewi ST MT PhD tersebut beranggotakan tiga mahasiswa lintas angkatan, yaitu Muhammad Adrian Fadhilah, Reza Aulia Akbar, dan Dito Abrar Amanullah.

Adithya Sudiarno, satu diantara dosen yang ikut andil dalam perancangan produk tersebut menuturkan, hal yang menjadikan timnya meraih penghargaan spesial dari GCCPO adalah atas dasar konsep desain 4 in 1 practically.

“Penghargaan tersebut merupakan salah satu yang mengejutkan kami (tim ES-PORT, red),” terang Adithya Sudiarno dosen pengampu Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Departemen Teknik Industri tersebut.

Konsep 4 in 1 practically yang dimaksud, lanjut Adithya adalah: pertama, eco design dari produk tersebut yang menggunakan bahan 100% Recycled High Density Polyethylene (HDPE).

Hal ini berpengaruh pada penambahan kapasitas penyimpanan. Sehingga dengan menambah lembaran baru HDPE di beberapa bagian, maka kapasitas produk akan membesar.

Kedua, adalah pada komponen pendingin yang menggunakan termoelektrik (perangkat konversi energi panas) dan ice gel. Ketiga, adalah penggunaan panel surya dan listrik. Serta terakhir, desain mobilitas produk yang dibuat mengacu prinsip rancangan antropometri (pengukuran dimensi tubuh manusia) agar produk bersifat ergonomis.

Muhammad Adrian Fadhilah, satu diantara anggota tim menambahkan bahwa produk ES-PORT telah diuji coba dan diaplikasikan langsung pada nelayan di wilayah Kenjeran, Surabaya.

“Yang mana dalam pengujiannya, produk ini mampu mendinginkan hingga suhu minus 5,5 derajat celcius selama kurang lebih sepuluh jam,” jelas mahasiswa yang akrab disapa Adrian ini.

Mengupas balik ke belakang, cetusan produk tersebut berangkat dari permasalahan para nelayan yang 6% hingga 7% hasil tangkapannya sering membusuk sebelum dijual. Juga mengacu pada masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh media penyimpanan bahan pangan yang masih menggunakan freon (Chlorofluorocarbon). Seperti diketahui bahwa freon memberikan kontribusi terhadap penipisan lapisan ozon.

Untuk itulah, sedari enam bulan yang lalu, produk ES-PORT dirancang. Disampaikan kembali oleh Adrian, bahwasanya banyak tantangan yang dihadapi oleh timnya selama proses perancangan purwarupa produk tersebut.

“Seperti halnya ketidaksamaan antara ide awal dan kondisi riil ketika pembuatan, sehingga ada rancangan yang harus diganti ataupun dirancang ulang,” papar mahasiswa angkatan 2018 tersebut.

Sementara itu, menilik fakta bahwa produk buatan timnya mendapatkan atensi yang bagus, Adithya selaku pembimbing mengatakan bahwa akan dilakukan pengembangan fitur lebih lanjut.

“Hal ini mengacu pada masukan yang kami terima selama kompetisi, sembari menyiapkan untuk hak cipta produk ES-PORT sendiri,” pungkas Adithya yang juga Kepala Program Studi Sarjana Departemen Teknik Industri ITS tersebut.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs