Sabtu, 23 November 2024

Xiaomi Ngebut Kejar Samsung dalam Klasemen Ponsel Populer di Indonesia

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi Smartphone. Foto: Antara

International Data Corporation’s (IDC) mengeluarkan laporan terbaru tentang pengapalan ponsel pintar ke Indonesia. Samsung dan Xiaomi menduduki urutan teratas dalam daftar itu.

Data IDC menyebutkan, pengapalan ponsel pintar di Indonesia mencapai 9,4 juta unit pada kuartal kedua 2018. Jumlah ini meningkat 22 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya.

Angka ini menurut IDC adalah pengapalan terbanyak di Indonesia selama ini dengan Samsung sebagai pemain dominan. Market share Samsung masih sebesar 27 persen pada kuartal kedua 2018 ini.

Dalam siaran pers idc.com yang dikutip Antara, Minggu (9/9/2018), Risky Febrian Analis Pasar IDC Indonesia memberi perhatian pada Xiaomi yang berada di posisi kedua dengan market share 25 persen.

Dibandingan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan pengapalan Xiaomi sangat signifikan mencapai lebih dari 20 persen. Dari hanya sekitar 3 persen market share pada kuartal kedua 2017 menjadi 25 persen di 2018.

“Xiaomi memiliki kampanye pemasaran yang minim dan margin yang tipis untuk mitra. Tapi mereka bisa memasok perangkat dengan harga kompetitif antara harga dengan spesifikasi ke pasar, konsumen pun lebih memperhatikan nilai yang bisa didapat dengan uang yang dimiliki,” kata Risky.

Menurut analis ini strategi yang digunakan Xiaomi akan mampu menjadikan brand ini secara bertahap mengejar naik dan mendapatkan nama serta market share yang seimbang dengan Samsung di Indonesia. Sementara sesuai grafik IDC, market share Samsung justru menurun secara year on year.

OPPO dan Vivo masing-masing menduduki posisi ketiga dan keempat, dengan market share 18 persen dan 9 persen. Merk lokal Advan berada di tempat kelima, memiliki market share sebesar 6 persen.


Data IDC mengenai market share ponsel di Indonesia kuartal kedua 2018. Grafis: idc.com

OPPO dan Vivo, menurut penilaian IDC Indonesia, cukup agresif dalam kampanye pemasaran dan menghasilkan margin keuntungan yang menggembirakan untuk mitra kanal pemasaran.

Xiaomi, menurut lembaga itu, mengandalkan medium di internet untuk kampanye pemasaran. Misalnya melalui flash sale di e-commerce, gim, atau mendukung komunitas penggemar. Melalui kegiatan itu, Xiaomi dibicarakan di media sosial.

IDC memprediksi Xiaomi akan terus memakai cara ini sebagai strategi kampanye mereka sehingga kompetitor perlu memperhatikan strategi harga. Menurut IDC, merk lokal akan terdampak cukup besar dengan strategi Xiaomi ini.

Risky menilai tantangan bagi Xiaomi adalah masalah pasokan untuk model ponsel mereka yang banyak disukai yang dapat berakibat buruk pada strategi harga dan permintaan pasar.

Ini bisa dilihat dari harga jual rata-rata (average selling price) untuk OPPO dan Vivo pada kuartal kedua 2018 sebesar 220 dolar (sekitar Rp3,260 juta) sementara Xiaomi 130 dolar (sekitar Rp1,926 juta).(ant/den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs