Tiga dosen Universitas Kristen Petra (UK Petra) raih hibah Program World Class Professor (WCP) skema B. Sebuah program Kemenristekdikti Republik Indonesia untuk meningkatkan peringkat Perguruan Tinggi (PT) menuju QS WUR 500 terbaik dunia.
WCP adalah program mengundang professor kelas dunia dari berbagai Perguruan Tinggi (PT) ternama dalam dan luar negeri sebagai visiting professor untuk ditempatkan di berbagai PT di Indonesia selama kurun waktu maksimum sampai akhir bulan November 2018.
WCP terbagi menjadi dua bagian yaitu WCP skema A (level institusi) dan WCP skema B (level perorangan).
Sejumlah persyaratan harus dipenuhi dalam mengikuti hibah bergengsi ini, satu diantaranya WCP skema B, dosen yang mengajukan hibah harus minimal bergelar Doktor dan berkolaborasi dengan Professor Luar Negeri berprestasi minimal memiliki h-index Scopus ≥ 10.
Banyak kegiatan yang dilakukan dalam kolaborasi ini, diantaranya dosen yang mendapatkan hibah harus menghasilkan publikasi bersama yang terpublikasi pada bulan November 2018 dan saling berkunjung menularkan ilmunya di negara masing-masing.
Satu diantara peraih hibah Doddy Prayogo, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D., dosen program studi Teknik Sipil UK Petra.
Dijadwalkan tanggal 14 Juli hingga 10 Agustus 2018, Doddy Prayogo, Ph.D., akan berangkat ke Taiwan.
Dosen berusia 31 tahun tersebut berkolaborasi dengan Prof. Min-Yuan Cheng, Ph.D. dari National Taiwan University of Science and Technology (NTUST), Taiwan.
Doddy, begitu dosen ini biasa dipanggil, akan menitikberatkan penelitian mengenai aplikasi kecerdasan buatan dalam dunia teknik sipil khususnya pemodelan perilaku material konstruksi.
“Penelitian mengenai kecerdasan buatan khususnya di dunia teknik sipil ini sangat jarang dilakukan. Padahal ilmu yang lain sudah mulai menggunakannya. Saya ingin sekali penelitian di bidang dunia teknik sipil ini, khususnya di Indonesia,juga maju jika perlu go international,” terang Doddy Prayogo, Rabu (11/7/2018).
Penerapan Artificial Intelligence atau biasa disebut dengan kecerdasan buatan ini tidak bisa dihindarkan. Hal ini disebabkan kita telah memasuki industri generasi ke empat atau biasa disebut industri 4.0, yang mana industri mulai menyentuh dunia virtual berbentuk konektivitas manusia hingga mesin dan data saling sudah ada di mana-mana. Istilah ini biasa disebut dengan internet of things.
Doddy yang kini menjabat sebagai Kepala Program Studi Magister dan Doktor Teknik Sipil UK Petra menerangkan, jika selama ini dalam dunia konstruksi untuk menentukan fasilitas dan keamanan pekerja di proyek konstruksi berdasarkan intuisi dan pengalaman kerja sang pekerja saja.
Hal ini bisa menyebabkan hasil yang didapatkan tak maksimal dan sering terjadi kesalahan dalam bekerja.
Misalkan seorang pekerja dalam menjalankan tugasnya membutuhkan letak kantor dan gudang berdekatan akan tetapi berdasarkan intuisi letak kedua fasilitas ini ditempatkan berjauhan.
Akan tetapi jika menggunakan kecerdasan buatan yang mana dimasukkan data-data maka kedua fasilitas tersebut bisa diatur sedemikian rupa untuk efisiensi para pekerja.
Selama kurang lebih 28 hari, Doddy akan sharing ilmu di hadapan para mahasiswa dan praktisi konstruksi Taiwan. “Untuk kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia, para peneliti harus berani mengambil hibah. Jadi jangan hanya konsen ke pengajaran saja. Hibah Kemenristekdikti menawarkan banyak hal, cobalah mengambil tantangan itu demi kemajuan bangsa kita,” pungkas Doddy.(tok)