Penelitian Ir Ni Ketut Aryani MT dalam disertasinya, membahas ketidakseimbangan sistem distribusi pada transmisi energi listrik menyebabkan kerugian yang sangat besar pada pembangkit listrik.
Disertasi itu membahas bagaimana kerugian diharapkan dapat teratasi. Solusi hasil penelitiannya dipresentasikan dalam sidang doktor di Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Dalam sidang terbuka yang dipimpin oleh Prof Dr Yoyon Kusnendar Suprapto MSc tersebut, promovenda yang akrab disapa Aryani ini menjelaskan permintaan daya listrik dari konsumen saat ini semakin meningkat.
Namun, fleksibilitas pembangkit konvensional masih sangat kurang, sehingga mengakibatkan kerugian pada pembangkit listrik.
Dipromotori Prof Dr Ir Adi Soeprijanto MT dan Dr I Made Yulistya Negara ST MSc, dosen Departemen Teknik Elektro ITS ini berhasil melakukan kombinasi Unit Commitment (UC), Economic Dispatch, dan metode Quantum Evolutionary Algorithm (QEA), sehingga menghasilkan penjadwalan dan pembebanan optimum pada Distributed Generation (DG).
UC merupakan penjadwalan pembangkit listrik harian sampai mingguan untuk mencapai tujuan optimasi dengan tetap memperhatikan batasan sistem dan batasan unit pembangkit.
“Penelitian ini menggunakan UC untuk menentukan waktu kapan setiap pembangkit akan diberi beban, on atau off-nya. Sedangkan, Economic Dispatch digunakan untuk menganalisa peminimalan biaya pembangkitan,” terang Ni Ketut Aryani.
Economic Dispatch beroperasi berdasarkan pembagian pembebanan pada unit-unit pembangkit yang ada dalam sistem secara optimal dan ekonomis pada nilai beban sistem tertentu. Sehingga dengan demikian, biaya operasional termurah dapat tercapai.
Penelitian yang dilaksanakan sejak tahun 2010 ini menggunakan metode QEA untuk menyelesaikan masalah penjadwalan dan pembebanan unit pembangkit pada sistem distribusi yang tidak seimbang. Sehingga optimalisasi DG yang tidak dapat diperbaharui dan pemenuhan keseimbangan daya dapat diwujudkan.
Aryani juga menjelaskan beberapa keuntungan penggunaan DG, di antaranya meningkatkan keandalan sistem, ramah lingkungan, mengurangi rugi daya, serta mampu melayani beban secara mandiri maupun terhubung dengan grid.
“Pengunaan DG ini memiliki potensi yang sangat besar, serta mudah digunakan khususnya di daerah-daerah yang terisolasi, dengan menggunakan pembangkit-pembangkit kecil,” kata Aryani.
Berdasarkan pertimbangan dari pemaparan hasil penelitian Aryani dalam disertasinya tersebut, Komisi Pertimbangan Fakultas yang diketuai oleh Prof Ir H Ontoseno Penangsang MSc, menyatakan Aryani lulus menyandang gelar doktor dengan predikat sangat memuaskan.
“Semoga ke depannya Doktor Aryani serta karyanya dapat dikenal oleh masyarakat,” pungkas Ontoseno Penangsang.(tok)