Jumat, 22 November 2024

SpaceX Luncurkan Satelit Kembar untuk Ukur Air Bumi

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Peluncuran roket Space-X. Foto: Reuters/Antara

Roket SpaceX pada Selasa (22/5/2018) meluncur membawa dua satelit seukuran mobil sport yang akan digunakan untuk mengukur perubahan kenaikan permukaan air laut, pencairan es dan kekeringan di Bumi.

“Tiga, dua, satu, meluncur!” kata seorang komentator SpaceX saat roket Falcon 9 yang mengangkut satelit buatan Amerika Serikat dan Jerman meluncur dari Pangkalan Udara Vandenberg di California pukul 12.47 waktu Pasifik (1947 GMT).

Muatan pesawat senilai 521 juta dolar AS (sekitar Rp7,34 triliun) yang dinamai Gravity Recovery and Climate Experiment Follow-on (GRACE-FO) itu berhasil ditempatkan ke orbit yang direncanakan sekitar 500 kilometer di atas Bumi sekitar 10 menit setelah peluncuran. Kedua satelit akan terbang pada jarak 220 kilometer satu sama lain.

Misi itu merupakan lanjutan GRACE, sepasang satelit yang diluncurkan 2002 yang melacak antara lain berapa banyak es yang mencair setiap tahun di Greenland dan Antarktika sampai 2017.

Air tanah, samudra, danau, sungai dan lapisan es akan dimonitor oleh satelit kembar yang merupakan bagian dari misi bersama badan antariksa Amerika Serikat dengan Pusat Riset Jerman untuk Geosains (GFZ).

Bagaimana Mereka Bekerja

Menurut hukum fisika, variasi terkecil dalam massa di Bumi mengubah tarikan gravitasi pada satelit.

Ketika satelit utama melewati sebuah gunung, ia akan sedikit lebih jauh dari kembarannya untuk beberapa saat karena massa ekstra di area ini dan tarikan gravitasi yang sedikit lebih kuat. Variasi jarak ini akan terus direkam oleh pesawat ruang angkasa, karena setiap pergeseran menandai perubahan massa di planet di bawahnya.

Satelit menggunakan titik referensi bulanan, karena kecuali ada gempa bumi atau kejadian tidak biasa lainnya, hanya air yang memiliki kapasitas untuk berubah secepat itu. Air selalu memiliki massa, entah itu dalam bentuk cair, padat atau gas.

Ketika es mencair, massa lautan naik. Ketika hujan turun banyak di wilayah tertentu, volume akuifer naik. Satelit akan mengambil ini, dan data akan menunjukkan bahwa massa di daerah tertentu lebih tinggi daripada di bulan atau tahun sebelumnya.

Begitulah cara satelit-satelit GRACE-FO membuat peta air di Bumi setiap 30 hari, menunjukkan area mana yang memiliki lebih banyak dan yang memiliki lebih sedikit, baik di atas atau di bawah tanah.

Mereka beroperasi dengan presisi setara dengan perubahan 0,4 inci (satu sentimeter) dalam ketinggian air di seluruh wilayah sekitar 211 mil (340 kilometer) dalam diameter, demikian menurut siaran AFP seperti dikutip Antara.(ant/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs