Sabtu, 23 November 2024

Semanggi Air Tingkatkan Produksi Ikan Lele

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Semanggi air yang dijadikan obyek penelitian mahasiswa FPK Unair, mampu menyerap ammonia dan meningkatkan budidaya ikan lele sistem akuaponik. Foto: Unair

Tiga mahasiswa Budidaya Perairan Universitas Airlangga menemukan pengaruh semanggi air yang dapat mengurangi ammonia pada budidaya sistem akuaponik, sehingga dapat meningkatan hasil produksi perikanan di Indonesia.

Mereka adalah Ridhwan Hakim Mahendra, Mirda Tri Aries Chandra dan Oktavia Arini Zuhriastuti.

Dalam penelitiannya yang dibimbing Daruti Dinda Nindarwi,S.Pi., M.P., staf pengajar pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, penelitian itu berhasil dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) dan lolos seleksi pendanaan Kemenristekdikti tahun 2018.

Latar belakang digagasnya ide penelitian ini, kata Ridhwan Hakim selaku ketua tim peneliti, karena akuakultur dituntut menjadi kontributor utama peningkatan produksi perikanan nasional.

Pertumbuhan penduduk yang diikuti meningkatnya kegiatan industri mengakibatkan lahan budidaya perikanan, khususnya akuakultur semakin sempit, dan petani mengubah sistem budidayanya menuju budidaya super intensif untuk memenuhi kebutuhan yang ada.

Salah satu teknologi yang dapat dilakukan dan sudah banyak digunakan adalah sistem akuaponik. Sistem ini merupakan teknologi yang didasarkan pada prinsip assimilasi nitrogen anorganik (ammonia, nitrit dan nitrat) oleh komunitas mikroba dalam media budidaya yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh organisme budidaya sebagai sumber makanan.

Kegiatan akuakultur menggunakan sistem teknologi akuaponik dengan metode bioremediasi merupakan sistem budidaya dengan menerapkan kepadatan sangat tinggi dan memanfaatkan limbah budidaya sebagai pakan tambahan.

“Komoditas yang sering digunakan dalam sistem akuaponik adalah ikan lele. Mengapa? Karena lele memiliki harga jual dan permintaan pasar yang tinggi, namun biaya produksinya relatif rendah. Apalagi kegiatan akuakultur dengan sistem akuaponik ini bisa dilakukan oleh kalangan menengah kebawah sebagai penghasilan tambahan,” tambah Ridhwan Hakim.

Selain itu, tambahnya, usaha bioremediasi toksin dalam mereduksi ammonia untuk sistem budidaya akuaponik ini merupakan salah satu upaya menghindari dampak dari akumulasi toksin logam berat yang berpotensi berpindah ke manusia yang mengonsumsinya.

Bioremediasi adalah penggunaan agen-agen biologis untuk menetralkan tanah dan air tercemar menjadi zat-zat yang tidak berbahaya bagi lingkungan atau kesehatan manusia. Agen-agen biologi yang dipakai dapat berupa enzim, sel-sel mikroba atau tanaman. Salah satu tanaman yang potensial sebagai agen bioremediasi adalah semanggi air.

Tim PKM-PE ini melakukan penelitian selama tiga bulan menggunakan ikan lele dan semanggi air sebagai objeknya. Kronologinya, air dalam budidaya ikan lele yang mengandung ammonia itu akan diserap oleh tanaman semanggi air.

Hasil penelitiannya, dengan jumlah semanggi sebanyak 40 batang dalam satu media tanam ukuran 300 cm2 mampu menyerap ammonia rata-rata 50 persen.

Penggunaan semanggi air ini efektif mengurangi kadar ammonia dalam budidaya perikanan menggunakan sistem akuaponik.(iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs