Jumat, 22 November 2024

Mudah dan Murah, Lavitrap Punya Efektivitas Menjebak Nyamuk

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Anung Sugihantono Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan saat melihat berbagai jenis Lavitrap di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes) Surabaya, Senin (17/9/2018). Foto: Anggi suarasurabaya.net

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes) Surabaya meraih rekor MURI, sebagai penyelenggara Inovasi Pembuatan Lavitrap Jenis Terbanyak, Senin (17/9/2018). Lavitrap merupakan perangkap buatan yang berfungsi sebagai tempat nyamuk Aedes Aegepty untuk bertelur, yang dibuat dari barang-barang bekas.

Ferry Kriswandana Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes mengatakan, pembuatan Lavitrap ini layak dicatat dalam rekor, karena memiliki efektivitas untuk menjebak nyamuk, khususnya telur. Apalagi, bahan yang digunakan juga tergolong murah dan mudah didapatkan.

Bahan yang digunakan, seperti botol bekas berwarna gelap, air dan juga kasa. Cara kerjanya, Lavitrap diletakkan di tempat yang sering dikunjungi nyamuk, seperti rak sepatu, vas bunga dan tempat lainnya. Nantinya, nyamuk akan mendatangi lavitrap dan menjadikannya sebagai tempat untuk bertelur.

Kemudian, setelah telur akan berkembang menjadi larva yang nantinya bergerak mendekati kasa. Saat itulah, larva tersebut tidak berkembang menjadi nyamuk dewasa. Kalaupun menjadi nyamuk, tidak akan bisa terbang dan akan mati dengan sendirinya.

“Cukup mudah membuatnya, dan bahannya juga gampang dicari. Pembuatannya sederhana, prinsipnya harus ada kasa, air dan berwarna gelap untuk memancing nyamuk. Di letakkan di tempat yang memang sering dihinggapi nyamuk,” kata Ferry, Senin (17/9/2018).

Dalam pencatatan rekor hari ini, ada 94 produk lavitrap yang sudah terkumpul dan terdiri dari 67 jenis. Puluhan lavitrap itu merupakan buatan dari Poltekkes seluruh Indonesia, Kantor Kesehatan Poltekes Kemenkes seluruh Indonesia, Dinas Kesehatan kesehatan seluruh indonesia, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) seluruh Indonesia dan masyarakat.

Ke depan, kata Ferry, puluhan lavitrap itu tidak akan hanya berhenti sebagai rekor MURI saja. Tapi pihaknya akan mensosialisasikan kepada masyarakat agar bisa diterapkan untuk pengendalian larva nyamuk.

Sementara itu, Anung Sugihantono Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan mengatakan tingkat penyakit dan kematian yang disebabkan oleh nyamuk di Indonesia, masih cukup tinggi. Untuk itu, konsep pengendalian vektor sangat diperlukan untuk menekan angka kematian.

Caranya, dengan melakukan rekayasa lingkungan, rekayasa pada nyamuk dan rekayasa pada perilaku manusianya. Ketiga hal tersebut harus tercover dengan baik.

“Pengendalian merupakan rasa tanggung jawab manusia, karena faktor nyamuk merupakan satu hal yang harus dikendalikan. Tetapi, tidak semua dimusnahkan, sebab hal itu sudah menjadi bagian dari ekosistem yang diciptakan oleh sang maha pencipta,” kata dia.

Anung berharap, semua pihak khususnya perguruan tinggi terus berinovasi membuat kedekatan yang semakin kongkrit. Contohnya dengan Lavitrap ini, dapat dibesarkan di Indonesia, dalam hal pengendalian vektor nyamuk.

“Untuk itu saya berharap para inisiator dan para pengambil kebijakan untuk bisa terus menerus menyampaikan bukti-bukti nyata dari apa-apa yang sudah dilakukan selama ini,” kata dia. (ang/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs