Jumat, 22 November 2024

Start-up Berbasis Sains yang Sedang Tren

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan

Start-up berbasis sains dan teknologi terdepan (deep tech) sedang menjadi tren di dunia, menghasilkan inovasi teknologi yang memicu revolusi industri , memecahkan masalah sosial, dan lingkungan.

Saat ini, industri mencari sesuatu yang memberikan solusi, teknologi yang memungkinkan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan memperbaiki produk dan layanan, serta menciptakan pasar baru.

Bahkan, pemain besar seperti Google baru saja menciptakan Google Life Sciences, yang sekarang dikenal dengan nama Verily. Selain itu, Google, Facebook, Amazon, IBM, dan Microsoft menciptakan kemitraan dalam penelitian kecerdasan buatan. Uber menerapkan layanan mobil tanpa driver, seperti juga Apple dan Google yang sedang berkembang.

“Sepuluh tahun lalu di Prancis, sulit mengubah cara berpikir para peneliti untuk mulai melihat Start-Up,” kata Managing Director Hello Tomorrow Arnaud De La Tour, di Liberté Living Lab, Paris, saat ditemui Antaranews beberapa waktu lalu.

Hello Tomorrow merupakan lembaga nirlaba asal Prancis yang menghimpun sekitar 2.000 start-up deep tech.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Hello Tomorrow dan The Boston Consulting Group, pada 2016, total dana dalam bioteknologi mencapai 7.9 juta dolar AS, dibandingkan dengan 1.7 juta dolar AS pada tahun 2011.

Investasi penelitian lingkungan seperti daur ulang, perbaikan, dan pembersihan lingkungan, serta teknologi limbah padat meningkat dari 100 juta dolar AS di tahun 2009 menjadi 416 juta dolar AS pada tahun 2016.

Menurut Arnaud, saat ini penelitian para mahasiswa di Prancis tidak hanya berakhir pada sebuah laporan tetapi bisa berkembang dalam sebuah start-up.

“Sekarang di sini sudah ada program pelatihan untuk akademis yang mau membuat start-up,” ujarnya.

Tantangan Deep Tech

Namun, mereka menghadapi tantangan selanjutnya yakni keahlian dalam berbisnis serta koneksi pada investor, yang juga dialami oleh start-up kecil.

Arnaud mengatakan, start-up berbasis deep tech tergantung pada teknologi yang kompleks yang membutuhkan fase penelitian dan pengembangan (R&D). Akibatnya, start-up teknologi tinggi sering dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti kurangnya investasi modal, kompleksitas teknologi, dan waktu yang lama ke pasar, namun seringkali juga memerlukan dukungan dengan metode industri dan strategi komersial.

“Hello Tomorrow menghadirkan solusi yang koheren untuk mendukung para pengusaha dengan menghubungkannya dengan aktor-aktor tersebut dan mempercepat pengembangan inovasi mereka,” katanya.

“Kami ingin mendorong teknologi yang menjanjikan dari penelitian di laboratorium kepada dunia. Beberapa perusahaan besar butuh banyak produksi, butuh teknologi yang lebih cepat, maka pentingnya katalis untuk ditransfer dalam sebuah inovasi teknologi, misalnya,” ujar Arnaud.

Untuk keempat kalinya, Hello Tomorrow menggelar Global Challenge, perlombaan internasional bagi proyek terbaik dari start-up di bidang deep tech yang terpilih–yang separuh dari peserta berasal dari luar Prancis.

Para start-up tersebut mewakili sepuluh sektor berbeda yakni, aerospace, kualitas udara, kecantikan, artificial intelligence (kecerdasan buatan) dan ilmu data, energi, makanan dan pertanian, kesehatan, industri 4.0, transportasi dan mobilitas, air dan limbah.

Dari 500 start-up terbaik yang telah diseleksi pada 1 Juli, dipilih 100 terbaik pada 1 September mendatang. Puncak acara berlanjut di Global Summit Paris pada 26-27 Oktober yang dihadiri oleh 82 pembicara, 110 investor, 680 perusahaan, 920 inovator, 900 start-up, 110 media partner, dan 200 sukarelawan dan staf.

International Development Director Hello Tomorrow, Sarah Pedroza mengungkapkan kompetisi di dunia start-up semakin ketat.

Menurut dia, Indonesia mempunyai banyak talenta tetapi untuk bisa berkompetisi secara global, start-up di Indonesia harus lebih spesifik.

“Jangan hanya berorientasi pada konsumen,” ujarnya.(ant/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs