Sukses kembangkan riset, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya uji coba mesin cetak huruf Braille, karya tim dosen Fakultas Teknologi Elektro (FTE) di sekolah luar biasa (SLB) Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Surabaya, Kamis (23/11/2017).
Mesin cetak Braille (Braille Embossers) merupakan mesin pencetak huruf Braille, yang hasil cetak hurufnya timbul. Berbeda dengan hasil cetakan mesin biasa. Mesin yang dapat mencetak 1.200 halaman per jam ini dikembangkan tim dosen FTE ITS dengan tim inti Dr Tri Arief Sardjono ST MT (ketua tim), Ir Tasripan MT, dan Ir Hendra Kusuma MEngSc.
Tim ITS ini sebenarnya telah menggarap riset mesin cetak Braille ini sejak tahun 2012 lalu saat masih menjadi Jurusan Teknik Elektro di bawah Fakultas Teknologi Industri (FTI). Mesin cetak Braille ini pengembangan mesin cetak Norwegia yang umum dimiliki sejumlah SLB di Indonesia.
“Tim dari ITS saat itu diminta oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk membantu memperbaikinya,” terang Tri Arief Sardjono. Dan akhirnya tahun 2014, ITS berhasil membuat prototype pengembangan mesin cetak Braille dari Norwegia tersebut menjadi lebih baik lagi.
Ini juga merupakan mesin cetak Braille karya anak bangsa Indonesia yang pertama ada. Karena di Indonesia, sampai saat ini tidak ada perusahaan manufaktur mesin cetak Braille. “Tahun 2015, ITS berhasil mendistribusikan tiga prototype mesin ini ke SLB di Jayapura, Ambon, dan Pangkal Pinang,” kata Tri Arief.
Saat ini, lanjut Arief, ITS telah diamanahi oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) dalam Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) dan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Dikdasmen Kemdikbud untuk membuatkan masing-masing satu prototipe dengan bantuan dana Rp 390 juta per mesin.
Selain bertugas untuk membuat prototipe, ITS pun memperbaiki mesin dari Norwegia tersebut.
“Prototipe mesin cetak Braille karya tim kami ini telah mencapai TKT 7 (Tingkat Kesiapterapan Teknologi 7), sehingga sudah siap untuk hilirisasi ke industry,” lanjut Tri Arief.
Dalam hal ini, Arief menegaskan bahwa mesin ini sudah berskala industri dan siap untuk diproduksi secara massal. Melalui Corporate Social Responsibility (CSR), diharapkan Braille Embossers ini dapat diproduksi dan dipasarkan ke masyarakat.
Mesin cetak Braille karya ITS ini dirancang dengan komponen suku cadang 85 persen produk Indonesia. Sehingga harga diharapkan lebih terjangkau meski tidak untuk ukuran personal, mudah dioperasikan dan dirawat serta kompatibel dengan sistem operasi komputer modern.
Kedepan mesin tersebut akan dihibahkan ke SLB-SLB untuk mempermudah pembuatan soal-soal ujian, buku baca sekaligus dukung gerakan literasi. “Mesin ini butuh investor, mesin ini tidak akan dimiliki secara personal karena harganya yang relatif mahal jika untuk ukuran personal,” tambah Tri Arief.
Mesin Cetak Braille keluaran ke-4 ITS ini, menurut Arief, juga sudah ditunggu-tunggu oleh SLB di Indonesia, sedangkan mesin keluaran ke-5 akan rilis Desember mendatang. “Ada lima SLB yang sangat membutuhkan mesin ini, dan ada 50 SLB senter yang harus melayani lebih dari 1.000 SLB sekitarnya,” tukas Tri Arief.
Pada kesempatan tersebut, Prof Ir Joni Hermana MScES., PhD., Rektor ITS meresmikan ujicoba dan juga menjajal mesin cetak Braille tersebut. Hasil cetakan braille itu pun dibacakan langsung oleh beberapa siswa didik SLB YPAB untuk membuktikan keakuratan mesin tersebut.
“Mesin ini dihasilkan oleh anak bangsa dan dapat diperoleh dari dalam negeri, ini merupakan kontribusi yang luar biasa,” kata Joni. Ditambahkan Joni, bahwa ITS harus mampu menjawab persoalan ini.
Menurut Joni, ITS harus memikirkan apa-apa saja hal yang dapat dilakukan untuk berkontribusi kepada sesama. Keberadaan Mesin Cetak Braille ini mendukung adanya gerakan literasi untuk para tuna netra.
Sementara itu ditambahkan Drs Eko Purwanto, SLB YPAB., Kepala SLB YPAB, ini merupakan sekolah luar biasa dengan siswa terbanyak di Jawa Timur dan satu-satunya SLB untuk tuna netra di Surabaya.
“Siswa SLB YPAB tahun ajaran ini berjumlah sekitar 90 siswa, harapannya Mesin Cetak Braille ini dapat dihibahkan juga di sini (SLB YPAB, red) nantinya,” pungkas Eko Purwanto, Kamis (23/11/2017).(tok)