Sabtu, 23 November 2024

Peneliti Kembangkan Riset Stem Cell untuk Hidupkan Organ Mati

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Stem cell.

Pusat Kedokteran Regeneratif dan Stem cell Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya sedang mengembangkan riset metode replace dengan memanfaatkan organ tubuh yang telah mati.

Dr. Ferdiansyah, dr., SpOT, Ketua Pusat Kedokteran Regeneratif dan Stem cell FK Unair–RSDS mengungkapkan, pihaknya sedang memproses pembelian peralatan pendukung seperti bioreactor.

Saat ini, metode replace yang menggabungkan prosedur transplantasi dengan metode stem cell masih dalam tahap uji pada hewan coba.

Awal mula berkembangnya inovasi ini adalah untuk menjawab problematika keterbatasan jumlah donor organ. Kondisi ini mengakibatkan lonjakan angka kematian pasien transplantasi yang cukup tinggi. “Ini menjadi permasalahan di banyak negara, banyak sekali pasien transplantasi akhirnya meninggal karena kesulitan memperoleh donor organ,” ungkapnya melalui siaran pers yang diterima suarasurabaya.net, Jumat (7/4/2017).

Pengembangan inovasi stem cell pun kemudian mengarah pada pemanfaatan organ mati. Prinsipnya, ketika seseorang hendak mentransplantasikan organnya kepada orang lain, maka pendonornya harus hidup. Atau pendonornya dalam kondisi mati namun sirkulasi sel dalam tubuhnya masih berjalan sehingga organnya masih hidup. Dengan begitu, maka dapat dilakukan prosedur transplantasi ke tubuh orang lain.

Jika disesuaikan dengan prinsip kerja stem cell yang sifatnya meregenerasi sel- sel yang rusak, maka Ferdi optimis metode replace ini akan berhasil menghidupkan kembali sel pada organ yang sebelumnya telah mati atau tidak berfungsi. Dengan memasukkan sel hidup ke dalam organ mati, diharapkan organ mati ini dapat `hidup` kembali, sehingga dapat ditransplantasikan ke tubuh orang lain.

“Yang sudah berjalan adalah metode stem cell yang kaitannya dengan jaringan seperti kulit dan tulang. Sementara stem cell untuk organ kita pelan-pelan sedang mengarah kesana,” ujarnya.

Di luar negeri, metode replace semacam ini sudah masuk tahap uji hewan coba. Melalui rekayasa jaringan, metode ini memanfaatkan organ mati pada jasad seekor baboon.Dalam prosesnya, dilakukan pengambilan seluruh sel asli dari organ ginjal baboon yang telah mati tersebut. Kemudian disterilkan menggunakan alat `pencuci` khusus.

Sementara itu, juga dilakukan pengambilan sel hidup dari organ ginjal miliki baboon yang masih hidup. Kemudian sel hidup ini dimasukkan ke ginjal yang mati tadi. Dan berhasil. Ginjal yang tadinya mati tak berfungsi akhirnya bisa hidup kembali.

Tetap Mengutamakan Etika

Bicara soal etika, setiap kemajuan inovasi bisa saja berbenturan dengan etika, dan pada akhirnya memunculkan persoalan baru. Apakah menghidupkan organ yang mati bertentangan dengan etika?

“Kita bicara asas kemanfaatan ya. Ilmu itu kan bagai pisau bermata dua. Output-nya dapat bermanfaat atau bisa juga disalahgunakan. Dalam hal ini, kami tetap mengutamakan aspek etika,” kata Ferdi.

Ke depan, inovasi tersebut akan mengarah pada metode pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit yang belum dapat disembuhkan dengan metode pengobatan saat ini. Juga untuk kepentingan transplantasi jenis penyakit terminal seperti gagal ginjal, gagal jantung, kelainan tulang, hingga sirosis.

“Kendala pengembangan stem cell sejauh ini disebabkan karena pendanaan yang kurang. Ini krusial karena menyangkut dana riset dan pengadaan barang. Kalau di luar negeri, penyediaan peralatan hanya butuh waktu satu sampai dua tahun saja, sementara di Indonesia masih harus menunggu sampai sepuluh tahun,” katanya.

Sekadar diketahui, RSUD Soetomo telah disahkan oleh Menkes sebagai pusat pengembangan pelayanan dan pendidikan stem cell dan bank jaringan sejak tahun 2014 bersama dengan RSCM Jakarta. Itu artinya, kapabilitas para pakar Stem cell FK Unair-RSDS diakui mampu dalam mengembangkan berbagai inovasi stem cell.(iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs