Lima mahasiswa Fakultas Vokasi Universitas Airlangga berhasil menciptakan robot medis yang mampu mensterilkan kamar operasi (kamar bedah).
Lima mahasiswa Vokasi UNAIR itu adalah Akhmad Afrizal R, Mokhammad Deny, Mokhammad Dedy B., Rizky Altryara dan Pratama Bagus B.
Karya mereka itu diangkat dengan judul LUVIZER (Line Ultraviolet Sterilizer) Artificial Device Pengoptimalisasi Daya Germisidal Sinar UV (Ultraviolet Germicidal Irradiation) Sebagai Alat Pensteril Kamar Operasi. Karena kreasi baru sehingga lolos penilaian dan berhasil menerima dana hibah bidang Karsa Cipta dari Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam ajang tahunan Program Kreativitas mahasiswa (PKM-KC) 2016.
Latar belakang digagasnya robot pensteril kamar operasi ini, menurut Akhmad Afrizal R yang mewakili timnya, karena berkembangnya isu-isu tentang patient safety akhir-akhir ini banyak disorot dalam dunia kesehatan. Sehingga perlu ditanggapi secara tepat demi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan mengurangi resiko kecelakaan (malpraktik). Untuk itu, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan strerilisasi ruangan.
“Mengapa harus steril, karena alat-alat medis maupun ruangan yang digunakan itu untuk proses perawatan pasien, seperti kamar pasien, dan ruang bedah/operasi. Dengan sterilisasi sekaligus sebagai upaya menghindarkan pasien dari kontaminasi bakteri maupun virus. Jika tidak steril maka dapat mengganggu kelancaran proses bedah yang dilakukan petugas medis serta meningkatkan resiko kegagalan dalam proses pembedahan, seperti terjadinya infeksi akibat bakteri udara,” kata Akhmad Afrizal seperti dalam release yang diterima suarasurabaya.net.
Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang bio engineering, pilihan dengan robot medis bernama LUVIZER sungguh tepat. Robot sterilisasi ini merupakan gabungan dari robot line follower dengan alat sterilisasi manual yang dapat dikontrol jarak jauh secara digital menggunakan controller arduino, sehingga dapat melakukan desinfeksi ruang operasi.
Metode desinfeksi ini dianut menggunakan cahaya ultraviolet (UV) yang memiliki panjang gelombang cukup pendek untuk membunuh mikroorganisme. Selain itu cahaya UV efektif untuk menghancurkan asam nukleat pada organisme ini yang menyebabkan DNA-nya terganggu oleh radiasi UV, sehingga organisme ini tak dapat melakukan fungsi-fungsi sel penting.
Menurut Afrizal, robot LUVIZER yang dirancang ini sempat mengalami perubahan konsep berkali-kali, dan akhirnya dapat terwujud menjadi sebuah robot medis pensteril kamar operasi. Robot medis ini juga sangat aman dengan sensor Passive Infrared Receiver (PIR) yang mampu mendeteksi suhu manusia.
“Karena lampu ultraviolet yang kami gunakan merupakan jenis UVC dengan panjang gelombang 260 nm yang radiasinya memiliki efek kimia dan efek germicidal yang mampu membunuh bakteri, kami menambah sensor PIR supaya jika terdeteksi ada orang di dalam ruang operasi, robot ini otomatis mati, sehingga petugas medis bebas paparan radiasi tersebut,” tambah Mokhamad Deny B, rekan se-timnya.
Mereka mengakui, secara keseluruhan robot ini belum siap untuk diproduksi secara masal, jadi masih harus terus dikembangkan dan diuji lagi. Namun kedepanya LUVIZER diharapkan dapat benar-benar diaplikasikan secara luas, sehingga mampu meningkatkan efektifitas paparan radiasi germicidal pada ruang operasi. (dwi)