Pemerintah Republik Indonesia dan Tiongkok segera merealisasikan kerja sama terkait dengan keamanan cyber khususnya menyangkut capacity building bagi sumber daya manusia (SDM) yang bergerak di dalamnya.
Muchlis Ahmady Staf Ahli Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional (DKKICN) di Jakarta, Sabtu (23/1/2016), mengatakan bahwa pihaknya bersama Badan Cyberspace Tiongkok atau Cyberspace Administration of China (CAC) sudah melakukan pertemuan awal pekan ini sebagai pre-MoU (memorandum of understanding) terkait dengan pengembangan kapasitas (capacity building) bagi SDM cyberspace.
“Kerja sama penguatan kapasitas yang sedang dijajaki dengan CAC meliputi empat bidang,” katanya seperti dikutip Antara.
Empat bidang tersebut, yakni strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang terdiri atas kebutuhan untuk memiliki kewaspadaan terkait dengan keamanan cyber untuk kepentingan pengambilan keputusan dan perlindungan keamanan cyber dalam pengembangan infrastruktur nasional.
Hal kedua, yakni “capacity building” terkait dengan operasional dan teknikal dalam enam bidang keahlian, yakni digital forensik, keamanan informasi, keamanan jaringan, manajemen risiko cyber, analisis data raksasa, dan isu-isu terkait dengan ekonomi cyber.
Hal ketiga yang akan dikerjasamakan, yakni riset bersama dalam hal keamanan cyber khususnya dalam area sistem operasi kriptografi, hukum cyber, terorisme cyber, dan “counter cyber intelligence”.
“Kerja sama selanjutnya yang sedang dijajaki dengan CAC, yakni rencana melakukan operasi bersama dalam hal keamanan cyber,” kata Muchlis Ahmady.
Operasi bersama tersebut meliputi simulasi perang cyber, respons dan mitigasi perang cyber, monitoring cyber, manajemen krisis cyber, dan perencanaan bagi pemulihan data center.
Muchlis Ahmady menegaskan prinsip kerja sama tersebut bagian dari knowledge sharing karena masalah cyber tidak bisa ditangani sendiri-sendiri.
“Kunci keberhasilan untuk menangani krisis di cyberspace adalah coordination dan sharing,” kata Muchlis Ahmady.
Kunci keberhasilan untuk menangani krisis di cyberspace adalah “coordination dan sharing”, demikian disampaikan oleh Muchlis Ahmady.(ant/dop/ipg)