Seluruh jamaah haji Indonesia selamat. Tidak ada yang menjadi korban
badai pasir disertai angin dan hujan di Arafah, Minggu (19/8/2018) pukul 19.00 waktu Arab Saudi (WAS).
Ermawati Kepala MAN I Jombang, yang tergabung kloter 79 Embarkasi Surabaya mengatakan, informasi tentang kondisi jamaah haji Infonesia tersebut disampaikan oleh Lukman Hakim Menteri Agama ketika berkeliling ke tenda-tenda jamaah setelah hujan angin reda.
Kata Erma dari Musdalifah, pada saat kejadian seluruh jamaah calon haji Indonesia yang telah berada di Arafah sedang melaksanakan shalat Maghrib bersama Menteri Agama.
Peristiwa tersebut berlangsung sekitar 30 menit. Kekuatan angin yang cukup kencang merobohkan satu tenda yang digunakan untuk dapur, sementara seluruh tenda yang digunakan jamaah calon haji tetap aman dan selamat.
Erma yang menunaikan ibadah haji bersama Heru suaminya menceritakan tendanya sempat bergoyong ketika angin kencang disertai hujan itu berputar-putar di maktabnya. Jamaah bertakbir dan berdoa sebisa-bisanya sambil menangis.
“Meskipun tenda tidak roboh sempat diungsikan ke tenda jamaah lain,” kata kepala MAN berprestasi asal Jombang.
Begitu suasana agak mereda, Lukman berkeliling ke seluruh tenda jamaah yang tersebar dalam 70 maktab dan menyapa jamaah yang ada.
“Allahu Akbar, Alhamdulillah, kami semua selamat,” kata Erma melalui pesan tertulis yang dikirim ke suarasurabaya.net, Selasa (21/8/2018) dinihari.
Menurut Erma, saat ini seluruh jamaah sedang istirahat dan bermalam (mabit) di Muzdalifah untuk persiapan melontar jumroh atau Jamarat.
Jamarat adalah tempat para jamaah haji “melempar setan” dengan tiga lokasi pilar yang terletak berdekatan satu sama lain dalam garis lurus di Mina. Masing-masing bernama Ula, Wustha dan Aqabah.
Saat ini jembatan Jamarat telah diperluas oleh Pemerintah Arab Saudi, mengingat jumlah jamaah yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dengan diperluasnya jembatan ini akan memungkinkan para jamaah haji untuk melakukan lempar Jumrah dengan mudah dan dengan alur yang aman.
Jembatan Jamarat pertama dibangun pada tahun 1975 untuk memfasilitasi jamaah haji yang akan melempar Jumrah dengan menyediakan dua tingkat. Satu di bawah jembatan dan jembatan lainnya di jembatan itu sendiri.
Namun, saat jumlah jamaah haji terus meningkat, jembatan ini tidak mampu lagi menampung. Akhirnya pemerintah Kerajaan Arab Saudi memutuskan untuk menghancurkannya setelah musim haji tahun 2006. Saat ini pemerintah Saudi menggantinya dengan struktur bertingkat baru.
Jembatan Jamarat baru panjangnya sekitar 950 meter dengan lebar 80 meter. Strukturnya terdiri atas 5 tingkat. Masing-masing tingkat setinggi 12 meter. Untuk memudahkan pergerakan para jamaah, jembatan tersebut dilengkapi 12 pintu masuk dan 12 pintu keluar.
Jamaah yang akan melontar Jumrah didistribusikan di antara keempat penjuru, selain pintu darurat. Ini akan memungkinkan pihak berwenang untuk menampung 300 ribu jamaah haji per jam untuk melontar. (jos/dwi)