Lukman Hakim Saifuddin Menteri Agama sedang menyusuri koridor Asrama Haji Sukolilo Embarkasi Surabaya, Jawa Timur, usai memeriksa fasilitas embarkasi, Selasa (17/07/2018) lalu.
Saat itu, sekelompok anak muda berseragam kemeja biru dongker dan celana dengan desain kekinian menghampiri dan menyapa Lukman Menag. Lalu mereka memperkenalkan dirinya sebagai GAES atau Gerakan Anak Embarkasi Surabaya.
“GAES ini anggotanya gabungan. Ada ASN Kanwil Kemenag Jatim bidang PHU (Penyelenggaraan Haji dan Umrah), maupun tenaga musiman yang kita rekrut selama musim haji ini,” kata Alif Azharudin, ASN pada Bidang PHU Kemenag Jawa Timur dilansir kemenag.go.id, Senin (23/7/2018).
Menurut Alif, proses rekrutmen tenaga musiman yang telah berjalan empat bulan ini dilaksanakan dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih optimal kepada jemaah haji.
Keberadaan tenaga musiman ini, menurut Alif amat membantu kinerja Bidang PHU Kanwil Kemenag Jatim. Khususnya untuk kegiatan penyiapan dokumen calon jemaah haji. Mengingat pada musim haji kali ini Embarkasi Surabaya melayani sebanyak 37.055 jemaah yang berasal dari tiga provinsi, Jawa Timur, Bali, dan NTT.
Ia juga menuturkan, untuk kepentingan pelayanan, pihaknya merekrut sekitar 30 tenaga musiman untuk membantu penyiapan dokumen.
“Kebanyakan yang kita rekrut memang anak muda, tapi ada juga yang sudah senior, lebih dari puluhan tahun menjadi tenaga musiman setiap musim haji,” kata Alif.
Salah satu tenaga musiman senior yang membantu penyiapan dokumen jemaah haji adalah Mbah Sugeng. Pria berusia 71 tahun ini, telah menjadi tenaga musiman sejak tahun 1985.
“Saya sudah bantu embarkasi Surabaya ini sejak paspor itu masih ditulis pakai tangan,” ujar Kakek dari satu orang cucu ini sambil terkekeh.
Mbah Sugeng merasa dengan memberikan pelayanan kepada jemaah haji yang hampir tiap tahun ia lakukan selama lebih dari 30 tahun ini adalah kesempatan yang tak ternilai harganya.
“Insya Allah ada berkahnya,” ujar Mbah Sugeng.
Meski usianya sudah kepala tujuh, keberadaan Mbah Sugeng memberi arti tersendiri bagi tim dokumen Embarkasi Surabaya.
“Catatan administrasi Mbah Sugeng ini paling rapi, walaupun dikerjakan secara manual. Karena catatan-catatan Mbah Sugeng ini, maka beberapa kasus dokumen dengan cepat dapat diselesaikan,” kata Alif menambahkan.
Perkembangan teknologi yang cepat dalam penyelenggaraan ibadah haji memang menuntut petugas untuk dapat fleksibel menggunakan teknologi.
“Jadi kalau sudah urusan yang memerlukan teknologi, itu menjadi urusan kami yang muda-muda. Sementara untuk pengalaman mengurus kasus dokumen, kami banyak belajar dengan Mbah Sugeng,” kata Riza bercerita bagaimana kolaborasi dilakukan oleh mereka yang berbeda generasi.
Senada dengan Mbah Sugeng, mahasiswa S2 Universitas Airlangga ini pun menyampaikan bahwa ia merasa kesempatan melayani tamu Allah adalah hal yang luar biasa.
“Pekerjaannya banyak, tapi insya Allah ndak terasa lelahnya. Semuanya di sini semangat melayani,” ujar Riza.(tin/dwi)