Jamaah haji Indonesia dinilai paling tertib dibanding dengan jamaah haji dari negara lain. Tertib dalam penyelenggaraan, pelaksanaan sampai pemulangan kembali ke tanah air.
Meskipun jamaah haji Indonesia jumlahnya terbesar di seluruh negara yakni 210 ribu orang (berdasarkan kuota haji) tapi tidak sampai merepotkan pemerintah Arab Saudi selaku tuan rumah. Karena kebutuhan jamaah haji Indonesia diurus dan difasilitasi oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama RI.
Keberhasilan pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji, sering menjadi rujukan negara lain yang berupaya meningkatkan pelayanan bagi jamaah hajinya.
Erma Rahmawati jamaah haji kloter 79 embarkasi Surabara sempat memotret jamaah haji dari beberapa negara yang mengurus dirinya sendiri supaya bisa sampai di Tanah Suci untuk melaksanakan rukun Islam ke lima, ibadah haji.
Dalam ceritanya yang disampaikan kepada suarasurabaya.net, Minggu (9/9/2018), Erma menyebutkan tidak semua umat muslim yang melaksanakan ibadah haji secara ekonomi tergolong mampu dan harus tinggal di hotel seperti jamaah lain.
Ada beberapa jamaah yang termasuk Bonek bondo nekat. Yang penting bisa menginjakkan kaki di tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji.
Diantara jamaah Bonek yang sempat ditemui Erma berasal dari Nigeria. Jamaah dari benua Afrika yang bekalnya pas-pasan tersebut membuat kelompok tersendiri.
Selama mengikuti prosesi ibadah haji mereka tinggal di tempat terbuka seperti taman, teras masjid dekat toilet umum di sekitar Misfalah.
Jamaah berkulit hitam ini menjadikan taman di pinggir jalan sebagai tempat tinggal mereka selama beribadah haji. Tanpa tenda, cukup dengan menggelar karpet untuk istirahat sekaligus tempat sholat.
“Karena itu untuk kelompok besar yang anggotanya lebih banyak, dibuatkan syof dan tempat imam di bagian depannya, mengingatkan kita kalau sholat Idul Fitri atau Idul Adha di lapangan,” tutur Erma.
Untuk makan sehari-hari kebanyakan disuplai dari para dermawan yang membagi-bagikan roti, makanan dan minuman pada musim haji.
Asraf salah seorang imam yang merangkap sebagai ketua kelompok menceritakan, jamaah haji dari Nigeria ini merupakan haji mandiri. Meskipun di negaranya penduduk muslim mendominasi, tapi kepedulian terhadap warga negaraya yang beribadah haji tidak seperti Indonesia besar sekali karena ada menteri yang mengurus agama. Di negaranya tidak ada yang namanya menteri agama.
Dari visa, penerbangan, tempat pemondokan bagi jamaah diurus jamaah sendiri. Sebaliknya bagi yang tidak punya uang tidur seadanya.
Asyraf bersyukur kelompoknya tidak terkena razia. “Karena mereka datang ke Tanah Suci untuk memenuhi panggilan Allah untuk tunaikan ibadah haji. Bukan untuk ngemis atau membuat kerusuhan,” katanya.
Jamaah haji Indonesia juga ada yang sangunya cekak atau pas-pasan. Tapi nasibnya tidak seperti Bonek Afrika tadi, karena keterlibatan pemerintah. “Beruntunglah menjadi jamaah haji Indonesia, semua difasilitasi pemerintah. Dari pembuatan paspor, visa, pesawat PP, pemondokan, sakit semua diurus pemerintah. Jamaah tinggal menyetor biaya perjalanan ibadah haji (BPIH),” kata Erma dengan bangga.
Menurut Erma, jamaah haji dari Nigeria bukan satu-satunya yang berangkat haji dengan bondo nekat, masih banyak lagi dari negara lain seperti Nepal, India dan Bangladesh.
Secara terpisah Lukman Hakim Menteri Agama nengatakan ada beberapa negara yang ingin melakukan studi banding sehubungan dengan pelaksanaan ibadah haji di Indonesia. Ini menandakan penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia menjadi rujukan negara lain. (jos/dwi/rst)