Menjadi tujuan ibadah jamaah haji seluruh dunia, Kota Mekah menjadi kawasan dengan harga tanah paling mahal di seluruh dunia. Tanah di Kota Mekah bisa mencapai Rp6 miliar permeter persegi.
Muhammad Arsyad seorang mukimin yang sudah bekerja belasan tahun di berbagai proyek pembangunan fisik Kota Mekah mengatakan, tahun 2009 lalu dia pernah membantu majikannya mengurus penjualan tanah dan rumah seluas 100 meter persegi dengan dimensi 10×10 meter.
Tanah dan bangunan itu berada kurang dari 30 meter dari kompleks Masjidil Haram. Oleh Pemerintah Arab Saudi, tanah dan bangunan milik majikan Arsyad diminta untuk perluasan kompleks Masjidil Haram.
Dalam transaksi itu disepakati harganya 300 juta real. Kalau dirupiahkan bisa mencapai Rp1,2 triliun atau Rp12 miliar permeter perseginya.
Penghitungan harga tanah berdasar pendapatan yang diperoleh rumah dan bangunan itu selama berdiri. Banyak bangunan di sekitar Masjidil Haram yang disewa-sewakan untuk jamaah haji dengan harga mahal.
Ada ribuan pemilik tanah dan bangunan sekitar Masjidil Haram dalam kurun tahun 2008 sampai 2013 yang dibeli oleh pemerintah Arab Saudi. Tapi tidak semuanya beruntung bisa mendapat ganti rugi oleh pemerintah. Ganti rugi hanya diberikan kepada pemilik tanah dan bangunan yang punya surat kepemilikan sah. Jika tidak punya akan dianggap pemerintah Arab Saudi sebagai tanah wakaf untuk Masjidil Haram.
Pembayaran dilakukan dalam 3 termin selama 3 tahun dan pemilik tanah bisa pindah secara mandiri ke tempat lain.
Selain dibeli pemerintah, tanah di sekitar Masjidil Haram juga banyak dibebaskan oleh pihak swasta untuk dijadikan hotel. Diantara hotel mewah yang sudah dibangun di dekat Masjidil Haram adalah Zam-zam Tower, The Fairmont, Hilton dan Raffles.
Diantara kawasan yang dipilih warga sekitar Masjidil Haram untuk pindah adalah di daerah Saraya. Jaraknya sekitar 20 km dari Masjidil Haram dekat dengan Mina. Ini adalah kawasan baru, warga pindahan Masjidil Haram secara kolektif membuka sarana dan prasarana wilayah di sana secara mandiri. Mulai membongkar gunung batu, membangun akses jalan sampai listrik diurus secara mandiri tanpa bantuan pemerintah.
Perluasan Masjidil Haram memang mendorong roda ekonomi di Kota Mekah secara signifikan. Dengan perpindahan ribuan warga sekitar Masjidil Haram ke pinggiran kota, kawasan itu menjadi tumbuh.
Eks warga Masjidil Haram membuka berbagai usaha di pinggiran kota untuk melayani jutaan jamaah haji seluruh dunia diantaranya dengan membuka bisnis restoran, bengkel mobil, minimarket, peternakan unta dan lain sebagainya. (edy/dwi)