Tenaga kesehatan Panitia Penyelenggara Kesehatan Haji (PPKH) masih kurang memadai. Hal ini disampaikan Muhammad Zainul Ketua PPKH Embarkasi Surabaya kepada Komisi IX DPR RI dalam kunjungan ke Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Kamis (27/8/2015).
Menurut Zainul, tenaga kesehatan yang ideal berdasarkan standar proses dan analisis beban kerja, proporsi tenaga kesehatan seharusnya 10 persen dari jumlah jemaah yang ditangani.
“Kalau setiap harinya rata-rata menerima dua kloter masing-masing 450 orang, berarti jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan 90 orang,” ujar Zainul.
Saat ini kesehatan yang ada di PPKH Embarkasi Surabaya, kata Zainul, sebanyak 50 orang. Sementara, masih ada jemaah yang catatan kesehatan dari daerah masing-masing yang tidak disertakan.
Akibatnya, proses pemeriksaan kesehatan di Klinik Asrama Haji yang seharusnya bisa berjalan lebih cepat, jadi lebih lambat.
Menanggapi hal ini, Ahmad Riski Sadig Ketua Rombongan Komisi IX DPR RI mengatakan akan menampung keluhan PPKH tersebut untuk kemudian mencarikan solusinya.
“Minimal, pemeriksaan kesehatan untuk jemaah risti (risiko tinggi–Red) diperketat. Ini juga bisa mengurangi kelelahan jamaah, agar jemaah bisa memanfaatkan waktu untuk beristirahat saat di asrama,” katanya kepada wartawan.
“Kita akan carikan solusinya, antara lain mengenai koordinasi antara tempat-tempat embarkasi dengan daerah pengirim,” ujar Riski.
Salah satu akibat dari kurang ketatnya pemeriksaan di daerah antara lain masuknya jemaah calon haji yang mengalami gangguan kejiwaan serta pasca melakukan operasi.
Kedua jemaah ini, setelah menjalani pemeriksaan di Klinik Asrama Haji Sukolilo diputuskan untuk tidak diperbolehkan berangkat.
Dr Susanto Jindarbumi Ketua Bidang Kesehatan Embarkasi Surabaya mengatakan, saat ini tenaga kesehatan yang ada di Embarkasi Surabaya total 200 orang.
“Tapi kan enggak bisa bekerja terus menerus. Satu shiftnya hanya 50 orang saja,” ujarnya kepada wartawan.
Akibatnya, sempat terjadi kecolongan, jemaah calon haji embarkasi Surabaya yang berangkat ke tanah suci baru diketahui mengidap TBC aktif ketika sudah sampai di tujuan.
“Kasihan, harus dikarantina di sana,” ujar Susanto. (den/rst)