Seluruh rangkaian ibadah selama di Tanah Suci sarat dengan pesan moral. Salah satunya adalah hijrah atau bergeraknya Jamaah Calon Haji (JCH) dari Madinah Al-Munawwarah yang bergerak menuju Makkah Al-Mukarramah.
Kesempatan perjalanan yang cukup lama tersebut bisa dijadikan refleksi perjalanan Nabi Muhammad di masa awal perkembangan Islam.
Menurut H Farmadi Hasyim Kasi Haji Kemenag Surabaya yang tergabung dalam kloter 25 Embarkasi Surabaya, perjalanan para jamaah tersebut merupakan refleksi peristiwa Fathu Makkah atau penaklukan Makkah, demikian juga hijrah Nabi Muhammad dari Makkah menuju Madinah.
Selama perjalanan, para jamaah akan melihat dan merasakan jauhnya jarak yang harus ditempuh, demikian juga tandusnya alam. Jamaah dapat membayangkan, dengan mengendarai unta dan sesekali berjalan kaki, berapa lama waktu yang harus ditempuh Nabi Muhammad dan para sahabat untuk tiba di Makkah.
Dalam perjalanan yang menempuh waktu 8 sampai 10 jam tersebut, jamaah hanya bisa menemukan bongkahan batu dan tanah tandus di tengah cuaca yang ekstrim.
“Dengan berdarah-darah, penuh peluh, kekurangan bekal, serta cuaca yang kurang bersahabat, namun para sahabat didampingi Nabi Muhammad tetap berkhidmat demi Islam,” kata Farmadi kepada Agung Prabowo Suara Surabaya, Jumat (11/9/2015).
Perjuangan Nabi Muhammad tersebut hendaknya menjadi renungan bagi umat Islam agar meningkatkan kualitas keimanan seusai melaksanakan ibadah haji maupun umrah. Serta menjadi pelecut dan pemantik semangat umat Islam yang berkesempatan menunaikan ibadah haji dan juga umrah untuk berjuang menegakkan panji agama dalam kehidupan sehari-hari.(iss/ipg)