Ada yang menarik dari pemberangkatan 708 CJH (Calon Jamaah Haji) Kabupaten Lumajang, Jumat (19/9/2014). Rupanya para CJH, terutama kalangan perempuan mempersiapkan benar keberangkatan ibadah mereka ke tanah suci selama 40 hari ke depan.
Tidak sedikit di antara para CJH yang membawa bekal makanan tradisional khas untuk persediaan konsumsi selama di Tanah Suci. Bahkan, bekal beras lengkap dengan magic com-nya pun mereka bawa sendiri dari rumah untuk persediaan selama di Tanah Suci.
Eka Tursila Wardhani, CJH yang tergabung dalam Kloter 45 ini misalnya. Perempuan yang sehari-hari menjabat sebagai Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Lumajang ini ketika dikonfirmasi Sentral FM, terang-terangan mengaku jika untuk urusan bekal makanan tradisional, ia tidak melupakannya.
Bu Dani, demikian sapaan akrabnya, menyampaikan jika makanan tradisional tidak bisa ditinggalkan dan tetap dibawa. “Saya bawa Bumbu pecel, sambel pecel, kering tempe dan kentang. Macam-macam sambel pokoknya. Itu yang nggak bisa ditinggal. Bahkan saya bawa beras 10 kilogram lengkap dengan magic com-nya sekalian,” katanya.
Eka Tursila Wardani yang berangkat haji bersama ibundanya menyatakan, alasan membawa bekal makanan rumahan tradisional ini, karena khawatir selama di Tanah Suci makanan catering tidak sesuai dengan lidahnya.
“Takutnya disana nanti tidak sesuai dengan lidah kita. Jadi kalau di Lumajang kan khasnya sambel sama sambel goreng lengkap bumbunya. Ya itu yang saya bawa. Yang dibawa lumayan, persediaan paling enggak 1 bulan. Bekal ini untuk saya dan ibu, jadi kebutuhannya yang disesuaikan untuk berdua. Paketnya berdua, oh ya saya juga bawa camilan-camilan untuk di sana,” paparnya.
Inisiatif membawa bekal makanan sendiri ini, menurutnya, merupakan inisiatifnya sendiri. “Tapi saya sesuaikan dengan kegemarannya ibu. Jadi kalau ibu senengnya apa, ya saya bawakan itu. Jadi ada abon, sambal goreng, bumbu pecel, dan kering-kering yang lainnya,” pungkas Eka Tursila Wardhani.
Sementara itu, Drs Suprapto, CJH Kloter 45 lainnya juga melakukan hal serupa. Pria sehari-hari menjabat sebagai Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Lumajang dan berangkat haji bersama istrinya ini mengaku, jika hanya membawa camilan kacang-kacangan saja.
“Saya nggak bawa banyak-banyak. Hanya camilan kacang-kacangan saja, paket utnuk dua orang bersama istri. Saya kuatir, sebagai orang yang baru tiba di sana (tanah suci, red) itu, yang pertama makanan nggak cocok. Kedua saya mau jalan kemana, takut malah nyasar nanti. Sehingga ya kita bawa saja. Yang jelas kan nggak repot nantinya. Yang kita bawa itu paling untuk persediaan seminggu sudah habis. Itu inisiatif dari saya bersama istri, karena kita kan harus saling take and give. Ha…ha…ha,” ujar Suprapto.
Terkait banyaknya CJH yang membawa bekal makanan sendiri ini, Drs H M Mudhofar Ketua Panitia Pemberangkatan Jamaah Ibadah Haji (PPJIH) Kabupaten Lumajang mengatakan, jika hal itu masih bisa ditoleransi asalkan bekalnya tidak sampai melebihi kuota 32 kilogram.
“Hal itu biasa, karena jamaah biasanya kan takut makanan nggak cocok lalu menyebabkan sakit hingga menganggu ibadahnya. Namun yang jelas, apa yang boleh dan apa yang tidak, nanti baru akan bisa diketahui ketika dalam pemeriksaan X Ray di bandara. Kami sendiri belum tahu persis berapa banyak yang bawa bekal seperti itu, karena saat ini barang sudah dipak dan diberangkatkan ke Surabaya sejak kemarin. Nanti di sana baru akan ketahuan semuanya,” kata Mudhofar. (her/ipg)
Teks Foto :
1. Eka Tursila Wardhani bersama Suprapto menjelang keberangkatan.
2. Pengepakan tas CJH sebelum pemberangkatan.
Foto : Sentral FM