Dari anak muda untuk anak muda. Kalimat tersebut adalah ungkapan yang pas untuk menggambarkan Lamtiar NSM Nababan atau akrab disapa Tiar, salah satu peserta Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa (IBMLB). Meski usianya baru 15 tahun, tapi kiprahnya di organisasi sosial dan kepemudaan tidak perlu diragukan lagi.
Di usia yang masih belia, Tiar sudah terpikir bahwa anak muda perlu untuk diedukasi, diberdayakan, sekaligus diberikan wadah untuk menyalurkan aspirasi mereka sebagai anak muda. Hingga pada November 2020 lalu, ia kemudikan mendirikan organisasi Seruan Muda Indonesia, yang aktif mengkampanyekan isu-isu sosial kepada anak muda seperti Hak Asasi Manusia (HAM), hak pendidikan, perundungan, perundungan di dunia maya (cyber bullying) hingga literasi.
Berawal dari masa pandemi yang membuat Tiar menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Masa-masa karantina membuatnya sadar, bahwa di luar sana, banyak masalah sosial dan politik yang terjadi. Menurutnya, anak muda seharusnya mengambil peran dalam masalah ini atau paling tidak, mereka paham terhadap situasi dan kondisi yang tengah terjadi.
“Aku mikir, bagaimana kalau aku mengkampanyekan isu-isu sosial, akhirnya pada November lalu saya dan teman-teman bikin Seruan Muda Indonesia. Di sana saya membicarakan banyak hal soal isu sosial yang dialami anak muda seperti cyber bullying, hoax, literasi, kesetaraan gender dan lain-lain,” kata siswi tingkat akhir SMAN 2 Surabaya itu pada suarasurabaya.net, Sabtu (24/7/2021).
Ia mengatakan, organisasi yang ia dirikan memiliki misi untuk mengedukasi, mengempowering anak muda agar berani speak up terhadap masalah sosial yang sedang terjadi. Mengapa anak muda, karena menurut Tiar, masalah sosial yang terjadi saat ini pasti akan berdampak di masa depan. Sehingga anak muda perlu berkontribusi terhadap masa depan mereka.
Dengan adanya Seruan Muda, ia berharap anak-anak muda memiliki wadah untuk menyalurkan aspirasi sekaligus tidak takut mengeluarkan pendapat mereka soal isu yang tengah terjadi.
“Seruan Muda ini organisasi yang diinisiasi untuk mengedukasi dan memberdayakan anak muda soal isu sosial, menyalurkan aspirasi mereka agar speak up, dan menunjukkanbahwa anak muda juga punya suara,” lanjutnya.
Terjun untuk aktif terlibat dalam kampanye ini tentu bukan tanpa alasan. Gadis berdarah Batak itu mengaku saat duduk di bangku SD, ia sempat mengalami perundungan di sekolah. Perundungan secara verbal itu ia dapatkan karena memiliki warna kulit lebih gelap dibanding teman-temannya. Bahkan, hal itu masih ia alami hingga duduk di bangku SMP.
“Dulu kan satu sekolah kebetulan sedikit sekali yang keturunan Batak atau Jawa, kulitku agak beda juga kan. Beberapa temen bilang ‘ih beda’ ngomongin aku, gelap, jelek, manggil huana. Sebenarnya kata Huana itu biasa saja kalau tidak ada maksud untuk rasis, tapi kata itu dipakai oleh seseorang yang aku kenal untuk mengejekku, dan konotasinya negatif,” ujarnya.
Meski begitu, ia percaya bahwa apa yang ia miliki ini bukan kelemahan, melainkan memang keunikan yang buatnya berbeda. Awalnya, ia tak acuh dengan julukan-julukan tersebut. Hingga akhirnya ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak hanya berbicara soal bullying yang ia alami, tapi juga membantu anak muda lain yang mengalami hal serupa agar mereka tidak takut dan rendah diri.
“Tapi makin dipikir-pikir aku nggak akan bicara soal masa laluku lagi, nggak akan bring up my issue again, tapi aku akan bantu teman-teman lain yang terdiskriminasi kayak aku dan bantu mereka agar tidak minder,” ujarnya.
Sehingga dengan membentuk Seruan Muda Indonesia, anak muda di Indonesia lebih paham bukan hanya mengenai bahayanya perundungan, tapi juga kabar bohong, hak mereka untuk mendapat pendidikan yang layak hingga kesetaraan gender.
Sebelum mendirikan Seruan Muda, Tiar juga beberapa kali mengikuti debat dan lomba tentang isu sosial di berbagai negara seperti Malaysia, China hingga Amerika Serikat.
Pada tahun 2018, Tiar bersama dua orang temannya sudah terbang ke Kuala Lumpur untuk mengikuti World Scholar’s Cup mewakili sekolahnya SMP Kristen Elyon Surabaya. Dalam persiapan yang memakan waktu dua bulan, ia berlatih berdebat, menulis makalah dengan berbagai jenis gerakan dan belajar banyak hal seperti isu sosial, sejarah, sains, seni, musik hingga literasi.
Dari lomba debat pertamanya itu, membuatnya tertarik dengan bidang hubungan internasional dan sejarah diplomasi hingga saat ini.
Di tahun yang sama, ia mengikuti Global Youth Summit Singapore 2018 yang menginovasi ‘Sewer Drainer’ yang sangat berguna untuk membersihkan sampah-sampah yang ada terjebak di saluran pembuangan.
Tak hanya itu, di tahun 2019, Tiar terus mengasah kemampuan debatnya dengan mengikuti ajang debat di China pada Juni 2019 dan Amerika pada November 2019. Kedua kompetisi tersebut bernama World Scholar’s Cup Beijing Global Round 2019 dan World Scholar’s Cup Tournament of Champions 2019 di Yale University.
Tak berpuas diri, ia juga terus mengeksplorasi berbagai isu sosial khususnya di isu perdamaian dengan mengikuti program Peaceful Digital Storytelling yang diselenggarakan Wahid Foundation Indonesia Young Peacemakers pada Agustus hingga Desember 2020. Dalam program empat bulan tersebut, Tiar berlatih menjadi pembuat konten yang dapat membawa kedamaian bagi masyarakat serta mengkampanyekan cerita-cerita positif dan damai melalui platform media sosial.
Ia juga menyabet peserta terbaik dalam Indonesia Young Peacemakers 2020 serta meraih scholarship dari Wahid Foundation dan Kedutaan Besar Amerika. Tiar juga mewakili Republik Georgia, Dewan UNESCO di Global Millennial MUN 3.0 dengan tema ”Improving Global’s Literacy Rate”, dan masih banyak deretan prestasi lainnya.
Dengan mengikuti Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa (IBMLB), ia berharap dapat lebih berkembang dan lebih aktif mengkampanyekan isu-isu sosial kepada anak muda. Terlebih lagi di ajang IBMLB ini, ia bertemu dengan finalis anak muda yang lain dengan beragam kehebatan.
“Aku akan berlanjut di organisasi-organisasi yang aku ikuti dan mengembangkannya menjadi lebih besar serta fokus ke pendidikanku mengingat sekarang aku sudah kelas tiga (SMA),” ujarnya.
Lamtiar Nababan dalam Awarding Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa yang digelar Sabtu (24/7/2021) terpilih mendapat beasiswa dari Ubaya.
Untuk diketahui, sebelumnya terdapat 130 peserta Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa yang mendaftar. Ada 99 peserta yang lolos tahap selanjutnya.
Program kolaborasi Suara Surabaya dengan Universitas Surabaya (Ubaya) ini bisa menginspirasi Kawan Muda di tengah pandemi dengan tujuan membangkitkan semangat kepedulian khususnya kepada Indonesia.
Diharapkan ke depan Program Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa bisa menjadi wadah bagi anak muda yang memiliki prestasi, karya yang memberikan pengaruh positif baik pada keluarga, lingkungan, serta masyarakat guna mengembangkan soft skill.
Peserta yang lolos tahap selanjutnya kemudian mengikuti virtual gathering, personal development workshop, tes bakat minat dan konsultasi, serta diakhiri dengan leadership training sekaligus awarding. Awarding Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa digelar secara daring pada Sabtu (24/7/2021) karena kondisi pandemi dan masih PPKM.
Peserta juga memiliki peluang mendapatkan beasiswa hingga 100 persen kuliah di Ubaya baik jenjang S1 maupun S2.
Program Indonesia Bangkit Muda Luar Biasa ini persembahan Suara Surabaya Media dan Universitas Surabaya (Ubaya) The First University In Heart And Mind, didukung Dealer Vespasatya PT Satya Mandiri Motors, dan JETE – Best For Your Gadget.(tin/ipg)