
Donald Trump Presiden Amerika Serikat (AS) membebaskan smartphone, komputer, dan sejumlah perangkat elektronik lain dari tarif “timbal balik/respirokal”, termasuk bea masuk sebesar 125 persen atas impor dari China.
Melansir laporan BBC, Minggu (13/4/2025), dalam pengumuman resminya, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS menyatakan bahwa barang-barang tersebut akan dikecualikan dari tarif global 10 persen yang diberlakukan terhadap sebagian besar negara, serta tarif impor besar-besaran untuk produk asal China.
Langkah ini menjadi kelonggaran besar pertama dalam kebijakan tarif Trump terhadap China. Seorang analis perdagangan bahkan menyebutnya sebagai “skenario yang mengubah permainan.”
Sabtu (12/4/2025) malam waktu setempat, dalam perjalanan menuju Miami, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa rincian lengkap tentang pengecualian ini akan diumumkan pada awal pekan depan.
“Kami akan sangat spesifik. Tapi kami mendapatkan banyak uang. Sebagai negara, kami mendapatkan banyak uang,” ujarnya kepada wartawan di dalam pesawat kepresidenan Air Force One.
Kebijakan ini diambil setelah muncul kekhawatiran dari perusahaan-perusahaan teknologi AS, bahwa harga gadget akan melonjak tajam, mengingat banyak perangkat elektronik mereka diproduksi di China.
Pengecualian yang diberlakukan secara surut sejak 5 April itu juga mencakup perangkat elektronik dan komponen lainnya, seperti semikonduktor, sel surya, dan kartu memori.
“Ini adalah skenario impian bagi investor teknologi. Dikecualikannya smartphone dan chip benar-benar mengubah situasi dalam konteks tarif terhadap China,” tulis Dan Ives Kepala Riset Teknologi Global di Wedbush Securities melalui X (dulunya Twitter).
Ives menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Apple, Nvidia, dan Microsoft serta industri teknologi secara keseluruhan bisa bernapas lega akhir pekan ini.
Gedung Putih menyatakan bahwa pengecualian tersebut diberikan agar perusahaan-perusahaan memiliki waktu lebih untuk memindahkan basis produksi mereka ke dalam negeri.
“Donald Trump Presiden Amerika Serikat telah menegaskan bahwa Amerika tidak boleh bergantung pada China untuk memproduksi teknologi-teknologi penting seperti semikonduktor, chip, smartphone, dan laptop,” kata Karoline Leavitt Sekretaris Pers Gedung Putih dalam pernyataan tertulis.
“Atas arahan Presiden, perusahaan-perusahaan ini kini bergerak cepat untuk memindahkan produksi mereka ke Amerika Serikat secepat mungkin,” tambahnya.
Sebelumnya, Trump yang menghabiskan akhir pekan di kediamannya di Florida, mengatakan kepada wartawan pada, Jumat (11/4/2025), bahwa ia nyaman dengan kebijakan tarif tingginya terhadap China.
“Dan saya pikir sesuatu yang positif akan keluar dari situ,” ujarnya, sambil menyinggung hubungannya dengan Xi Jinping Presiden China.
Stephen Miller Wakil Kepala Staf Kebijakan Gedung Putih menambahkan melalui X bahwa barang-barang elektronik ini tetap akan dikenai tarif 20 persen sebagai bagian dari kebijakan terkait fentanyl.
Beberapa estimasi menyebutkan bahwa harga iPhone di AS bisa naik hingga tiga kali lipat jika biaya tarif dibebankan kepada konsumen. Apalagi AS merupakan pasar utama bagi iPhone.
Sementara menurut data Counterpoint Research, Apple menyumbang lebih dari separuh penjualan smartphone di AS tahun lalu. Dikatakan bahwa sekitar 80 persen iPhone yang dijual di AS dibuat di China, sisanya 20 persen diproduksi di India.
Seperti Samsung, Apple juga tengah berusaha mendiversifikasi rantai pasoknya untuk mengurangi ketergantungan pada China. India dan Vietnam menjadi dua kandidat utama untuk menjadi pusat produksi tambahan.
Dengan diberlakukannya tarif baru ini, Apple disebut mempercepat dan memperluas produksi perangkat-perangkat iPhone buatan India dalam beberapa hari terakhir. (bil/iss)