Senin, 3 Maret 2025

Rhenald Kasali Kritik PHK Besar sebelum Ramadan dan Lebaran, Sebut Waktu Tidak Tepat

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Prof. Rhenald Kasali Komisaris Utama PT Pos Indonesia dan Founder Rumah Perubahan menyampaikan materi dalam Wawasan Business Forum #TheNextGiant di Ballroom DoubleTree by Hilton Surabaya, pada Jumat (23/2/2024). Foto: Dukut suarasurabaya.net Ilustrasi - Prof. Rhenald Kasali founder Rumah Perubahan saat menyampaikan materi dalam Wawasan Business Forum #TheNextGiant di Ballroom DoubleTree by Hilton Surabaya, pada Jumat (23/2/2024). Foto: Dukut suarasurabaya.net

Rhenald Kasali menyayangkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar, termasuk yang dilakukan PT Sri Rejeki Isman (Sritex), dilakukan tepat sebelum Ramadan dan Lebaran tiba.

Menurut Guru Besar Universitas Indonesia (UI) itu, lebih bijak bagi pengusaha atau perusahaan untuk menunda PHK setelah Lebaran, yang menjadi momen masyarakat mempersiapkan mudik atau perayaan bersama keluarga.

“Seharusnya PHK ditunda setelah Lebaran. Pengusaha hendaknya juga berhitung aspek sosial psikologis masyarakat, PHK yang tidak memperhitungkan dampak ini sangat mengganggu trust dan suasana kebatinan masyarakat,” kata Rhenald dilansir dari Antara, Senin (3/3/2025).

Menurut Rhenald, biasanya hal seperti itu sudah dibicarakan dengan Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) setempat, sehingga Disnaker dapat mengatur waktu atau timing yang tepat untuk pengumuman PHK.

“Disnaker-lah yang harus mengatur timing-nya, dan sebaiknya hak-hak pegawai/buruh seperti THR dan uang PHK sudah dibayarkan,” ujar dia menambahkan.

Adapun Rhenald menilai penataan daya saing dan ekonomi merupakan akar dari adanya gelombang besar PHK.

Salah satunya yang belakangan ini menyita perhatian adalah sebanyak 12 ribu karyawan PT Sritex dan tiga anak usahanya yang kehilangan pekerjaan akibat pailit.

“Gelombang PHK yang berturut-turut ini mencerminkan adanya masalah dalam penataan daya saing. Misalnya industrial policy, mulai dari bea masuk, beban bunga, perpajakan, ketersediaan (ekosistem bahan baku), keterampilan tenaga kerja, biaya ‘siluman’, dan sebagainya, yang mengakibatkan melemahnya daya saing dan perusahaan harus ditutup,” kata Rhenald.

“Jadi pemerintah harus duduk bareng antarkelembagaan dan atasi bersama,” ujar dia menambahkan.

Lebih lanjut, Rhenald mengatakan pemerintah harus aktif dalam memantau penyerapan tenaga kerja di saat ada perusahaan yang tutup.

“Ini persoalan penataan ekonomi, yakni bagaimana agar pengusaha tetap kompetitif,” kata Rhenald.

“Memang bukan semua masalah pemerintah, tetapi pemerintah harus terus memantau atau setiap satu perusahaan tutup, maka ada dua tiga perusahaan yang kapasitas/kemampuan menyerap tenaga kerjanya dua kali lipat dari yang ditutup,” katanya lagi. (ant/bel/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Surabaya
Senin, 3 Maret 2025
27o
Kurs