
William Hartanto Praktisi Pasar Modal dan Founder WH-Project memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat ke level 6.500 sampai 6.800 pada semester I-2025.
“IHSG semester I berpotensi menguat menuju 6.500 sampai 6.800,” ujar William, seperti dilaporkan Antara, Rabu (9/4/2025).
Dalam jangka pendek, dia menyebut IHSG masih berpotensi bergerak variatif atau mixed dengan level support akan berada di angka 6.000.
“Setidaknya sampai akhir pekan ini masih mixed dengan pembentukan support pada 6.000,” imbuhnya.
Menurut William, saat ini sikap Pemerintah Indonesia yang akan melakukan negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) sedikit meredakan kekhawatiran pelaku pasar.
Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan delegasi tingkat tinggi untuk melakukan negosiasi dengan pihak AS setelah terkena tarif resiprokal 32 persen.
“Mengingat pemerintah akan melakukan negosiasi, jadi menurut saya responsnya tidak akan negatif, karena bagaimana pun aturan tarif nantinya akan tetap ada,” timpalnya.
Sejak awal tahun 2025 hingga perdagangan sesi II Rabu (9/4/2025) pukul 14.25 WIB, IHSG secara year to date (ytd) melemah 1.113,71 poin atau 15,70 persen (ytd) ke posisi 5.973,86.
Sepanjang tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan dua kali pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem seiring pelemahan lebih dari 5 persen pada 18 Maret 2025 dan pelemahan lebih dari 8 persen pada 8 April 2025.
Sekarang, Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan sejumlah paket negosiasi yang akan dibawa ke perundingan untuk menanggapi kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal.
Sejumlah paket negosiasi itu di antaranya, pertama, Indonesia bakal mengajukan revitalisasi perjanjian kerja sama perdagangan dan investasi atau Trade & Investment Framework Agreement (TIFA).
Kedua, pemerintah akan memberikan proposal deregulasi Non-Tariff Measures (NTMs) melalui relaksasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di sektor teknologi informasi dan komunikasi. Kemudian, evaluasi terkait pelarangan dan pembatasan barang-barang ekspor maupun impor AS.
Ketiga, Indonesia akan menawarkan untuk meningkatkan impor dan investasi dari AS lewat pembelian minyak dan gas (migas).
Keempat, pemerintah menyiapkan insentif fiskal dan non-fiskal melalui beberapa strategi seperti penurunan bea masuk, PPh impor, atau PPN impor untuk mendorong impor dari AS serta menjaga daya saing ekspor ke AS.(ant/bel/ham/rid)