
Romauli Nainggolan dosen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Ciputra (UC) Surabaya menyatakan, anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencerminkan krisis kepercayaan pelaku ekonomi terhadap pasar Indonesia.
Melemahnya IHSG, kata dia, tidak terjadi secara mendadak, tetapi secara bertahap dalam beberapa waktu terakhir.
“Hal ini dipicu beragam faktor. Akumulasi faktor pemicu ini yang menjadi momentum anjloknya IHSG,” katanya, pada Jumat (21/3/2025).
Ia menganalisis, ada beberapa faktor penyebab yang membuat IHSG anjlok. Pertama, faktor ekonomi domestik yang mengalami gangguan ditinjau sari kondisi fiskal.
“Kondisi fiskal ditunjukkan melalui pendapatan dari pajak yang menurun 7,9 persen dibanding tahun lalu. Semakin lebarnya defisit anggaran karena program makan gratis, defisit APBN Rp31,2 Triliun,” bebernya.
Kedua, faktor politik yang meresahkan, seperti memperluas peran TNI dituang dalam revisi UU TNI dan sempat mencuatnya desas-desus Sri Mulyani Menteri Keuangan yang disebut akan mundur.
“Dan faktor eksternal, faktor perdagangan global. Kebijakan perdagangan AS dan ketegangan Timur Tengah,” ucapnya.
Kondisi tersebut, memiliki dampak pada perekonomian Indonesia. Untuk dampak jangka pendek, ia mengatakan bahwa aliran dana bisa keluar dari Indonesia, pelaku ekonomi mencari tempat yang aman untuk investasi, dan pilihan investasi bisa beralih ke obligasi dan emas.
Sedangkan dampak jangka panjangnya, kinerja pasar barang dan pasar uang bisa menurun karena investor yang pergi.
Kemudian, investasi bagi manufaktur yang semakin merosot akan mendorong perusahaan melakukan pengurangan produksi barang dan pengurangan tenaga kerja.
“Pengurangan produksi barang atau jasa di pasar akan mendongkrak terjadinya inflasi. Pengurangan tenaga kerja akan mendorong pengangguran atau PHK seperti yg terjadi di SRITEX dan lainnya,” jelasnya.
Untuk menyikapi kondisi tersebut, ia menyarankan beberapa langkah, yakni untuk masyarakat kecil dengan penghasilan UMR/UMP harus bisa mengelola uang dwjgan bijak serta menghindari hutang pinjaman online (pinjol).
“Bagi masyarakat menengah, jangan gunakan dana untuk beli saham meskipun murah,” tuturnya.
Dan untuk pemerintah, ia menekankan pentingnya membangun kepercayaan, agar investor kembali ke Indonesia melalui intervensi kebijakan fiskal dan moneter.(ris/ipg)