Ali Affandi Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Surabaya menilai fenomena pemburu koin jagat yang saat ini sedang ramai dilakukan masyarakat hingga viral di media sosial, sebagai langkah percepatan adopsi ekonomi digital.
Hal ini jika dilihat Andi sapaan akrabnya, dari perspektif ekonomi. Dia melihat, fenomena ini tidak hanya sebagai tren digital sesaat, tapi juga sinyal dan perubahan besar dalam perilaku sosial dan ekonomi masyarakat.
“Namun, seperti halnya setiap inovasi, kita perlu melihat lebih dalam dari sudut pandang ekonomi dan sosial, apakah fenomena ini benar-benar memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan ekonomi digital Indonesia, atau justru berpotensi memunculkan tantangan baru?” terang Andi, Jumat (10/1/2025).
Dilihat dari perspektif ekonomi, Andi mengatakan bahwa aplikasi yang menginisiasi perburuan koin ini menunjukkan potensi besar dalam mempercepat adopsi ekonomi digital berbasis komunitas.
Tidak hanya itu, lanjut Andi, dengan menggabungkan konsep social networking dan gamification, aplikasi ini berhasil menciptakan pengalaman pengguna yang interaktif dan menarik.
“Konsep treasure hunt yang digunakan adalah inovasi yang memadukan hiburan dengan aktivitas ekonomi digital. Ini bukan hanya soal mencari koin virtual, tetapi juga menciptakan pola interaksi baru yang memicu partisipasi aktif pengguna,” ungkapnya.
Sementara itu, Andi mengatakan bahwa dalam dunia usaha, fenomena ini membuka peluang baru untuk pemasaran berbasis lokasi (location-based marketing) dan kolaborasi dengan platform digital.
Menurutnya, pelaku usaha lokal dapat memanfaatkan fitur ini untuk menarik pelanggan dengan strategi promosi yang lebih relevan dan personal.
“Namun, ada satu catatan penting yakni tentang bagaimana menjaga agar aktivitas ekonomi di platform seperti ini benar-benar menghasilkan nilai yang nyata, bukan sekadar ekonomi spekulatif yang bisa memicu bubble digital,” lanjut mas Andi.
Kemudian dari sisi sosial, Andi mengatakan bahwa aplikasi ini sekaligus menghadirkan tantangan baru dalam menjaga keseimbangan antara dunia digital dan realitas.
Fitur social map yang memungkinkan pelacakan lokasi real-time dapat mempererat koneksi sosial, tetapi juga berpotensi menimbulkan risiko privasi jika tidak digunakan dengan bijak.
“Ini membutuhkan literasi digital yang memadai agar pengguna memahami batasan dan risiko dari teknologi yang mereka gunakan,” tandasnya.(kir/iss)