Selasa, 15 April 2025

Eksportir Udang Diminta Perkuat Pasar Jepang dan Eropa di Tengah Tarif AS

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Ilustrasi - Udang, salah satu ekspor andalan komoditas sektor kelautan dan perikanan Indonesia. Foto: Antara

Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyarankan pemerintah dan eksportir mengoptimalkan pasar Jepang, China, dan Malaysia, termasuk mengembangkan pasar negara-negara Eropa setelah Amerika Serikat mengumumkan kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen untuk impor dari Indonesia.

“Pemerintah Indonesia juga harus segera mengeksekusi kerja sama perdagangan yang lebih kongkret untuk mengakselerasi ekspor ke pasar Inggris, Belanda, Denmark dan Jerman untuk produk udang olahan,” kata Dani Setiawan Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) dalam pernyataan dikonfirmasi di Jakarta, Senin (7/4/2025) kemarin.

Melansir Antara, Selasa (8/4/2025), Dani mengatakan kenaikan tarif impor untuk memasuki pasar AS akan sangat berdampak pada produk perikanan Indonesia. Menurut dia, ekspor perikanan selama 2024 ke Amerika Serikat mencapai 1,90 miliar dolar AS atau setara dengan 32 persen dari total nilai ekspor perikanan Indonesia.

Produk udang Indonesia, kata dia, berada pada posisi yang cukup baik selama ini untuk udang beku dan olahan ke AS. Dengan adanya tarif resiprokal dari AS, menurut Dani, Indonesia perlu mengoptimalkan perluasan pasar ekspor ke negara-negara lain.

“Indonesia berpeluang besar meningkatkan pasar komoditas udang olahan di pasar global mengingat kontribusinya masih sekitar 12,29 persen dari kebutuhan pasar global,” kata Dani dalam keterangan KNTI yang mengutip data Kementerian Investasi/BKPM.

Untuk ekspor ke AS, Indonesia juga harus bersaing ketat dengan negara-negara kompetitor seperti Ekuador, India, dan Vietnam. Dani mengatakan Ekuador dan India dikenakan tarif resiprokal yang lebih ringan, masing-masing 10 persen dan 26 persen, sementara Vietnam 46 persen.

“Nampaknya Vietnam akan mendapatkan kesepakatan yang cukup baik pascakomunikasi cepat dan agresif antara PM Vietnam dengan Presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu,” ujarnya.

Selain tekanan dari pengenaan tarif yang tinggi, produk udang Indonesia, kata Dani, juga dinilai semakin tidak kompetitif di pasar AS.

“Berdasarkan pengakuan para pelaku budi daya dan industri udang dalam negeri, Indonesia selama ini masih bergulat pada isu tuduhan dumping dari AS dan penurunan produksi akibat penyakit udang,” ujar dia.

Lebih lanjut, ke depan, ujar Dani, orientasi produksi perikanan Indonesia, terutama untuk ekspor juga harus mengarah pada penguatan industri pengolahan atau hilirisasi.

Pengembangan industri pada produk-produk turunan dari komoditas perikanan dan kelautan yang potensi pasarnya cukup besar, ujar dia, harus dirancang dan dieksekusi segera.

“Hal ini dimaksudkan untuk dua hal yaitu menghasilkan nilai tambah yang lebih besar dan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas,” ujarnya. (ant/kak/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Surabaya
Selasa, 15 April 2025
29o
Kurs