Selasa, 15 April 2025

Ekonom Ingatkan Indonesia Harus Waspada Hadapi Tarif Impor AS

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Donald Trump Presiden Amerika Serikat berbicara dengan wartawan dan menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval Gedung Putih pada Kamis (23/1/2025). Foto: The Washington Post via Getty Images

Kebijakan Donald Trump Presiden Amerika Serikat (AS) untuk menerapkan tarif tinggi terhadap berbagai produk impor, menuai beragam respons dari negara-negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia.

Menanggapi hal ini, Firman Rosjadi Djoemadi ekonom dari Universitas Surabaya (Ubaya) mengingatkan agar Indonesia tidak gegabah dalam menyikapi tarif tersebut.

Menurut Firman, pemberlakuan tarif tinggi seperti yang diusulkan Trump merupakan langkah resiprokal yang kerap terjadi dalam hubungan dagang internasional.

“Resiprokal ini saling balas. Semestinya memang tidak begitu karena ada WTO (World Trade Organization). Kalau ada keberatan, bisa dikomplainkan dan diselesaikan di WTO. Tapi seperti biasa, negara-negara besar mengabaikan itu. Sehingga yang terjadi adalah perang dagang,” ujar Firman dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (9/4/2025).

Namun, Firman menilai apa yang dilakukan oleh Trump ini tak ubahnya bagian dari teori permainan dalam ekonomi. Hal tersebut mendapatkan berbagai respons dari negara lainnya.

Dampaknya, ada sejumlah negara yang langsung menyerah atau angkat tangan dengan tarif Trump. Namun teradapat pula negara yang merespons dengan keras.

Salah satu negara yang memberikan reaksi keras terharap tarif impor Amerika Serikat adalah China. China bahkan bersiap untuk membalas apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

“Saya coba melihat dari perspektif China. Kalau mereka benar-benar perang dagang dengan Amerika, dan barang mereka sulit masuk ke Amerika, saya khawatirkan China akan cari market baru. Salah satu luberannya akan ke Indonesia,” ulasnya.

“Sebenarnya perang datang Amerika dan China seperti blessing in disguise. Sebenarnya, kita bisa menarik investasi dari China,” imbuh Firman.

Firman yakin pemerintah Indonesia juga akan bernegosiasi dengan Amerika guna mencari jalan tengah. Seperti menambah impor untuk peralatan utama dalam kilang minyak (refinery) atau pembelian pesawat tempur dari Amerika Serikat.

“Kita harus bernegosiasi yang intinya paling kecil dampaknya kepada UMKM atau masyarakat banyak. Menurut saya strateginya harus seperti itu,” katanya.

Firman mengakui bahwa perekonomian Indonesia akan terdampak oleh tarif impor AS. Namun ia berharap tidak ada kepanikan serta mendorong pemerintah untuk mencari jaln keluar dengan risiko paling minim. (saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Surabaya
Selasa, 15 April 2025
26o
Kurs