Sejumlah pedagang makanan di Surabaya dilema antara menaikkan harga jual dagangannya atau merelakan keuntungannya berkurang setelah harga tabung gas elpiji 3 kilogram di Jawa Timur resmi naik Rp2.000 menjadi Rp18.000 per hari ini, Rabu (15/1/2025).
Setiawan (28) pedagang sambal pecel di kawasan Tambaksari, Surabaya, mengaku tidak mungkin menaikkan harga jual makanannya karena khawatir kehilangan pembeli.
Namun, di saat yang sama, dia harus menanggung biaya pengeluaran tabung gas elpiji yang naik Rp2.000. Kenaikan itu dirasa Setiawan cukup berdampak. Sehingga, dia harus menyiasati belanja bahan dagangan supaya tetap untung.
“Kalau mencoba naikkan harga takut pembeli berkurang. Akhirnya, ya harus diatur aja kulakan bahan lainnya biar tetap untung,” katanya.
Pengakuan serupa juga diutarakan Musrifah (38) penjual gorengan di kawasan Pucang Anom. Dia mengaku dilema untuk menaikkan harga jual sebab pelanggan setianya mayoritas adalah tukang becak dan pekerja jalanan.
Perempuan 38 tahun itu rela keuntungannya menipis agar daya beli masyarakat kecil tetap terjaga di saat pemerintah menaikkan harga jual gas ukuran 3 kilogram.
“Sekarang semuanya naik, tapi saya enggak mungkin naikkan harga karena kasihan yang beli baisanya tukang becak atau orang kecil lainnya. Jadi, ya tidak apa-apa keuntungan agak menipis karena kenaikan elpiji ini,” ungkapnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan suarasurabaya.net di pangkalan elpiji 3 kilogram di SPBU Jalan Ngagel, stoknya masih aman di hari pertama kenaikan harga.
“Stoknya aman. Pengiriman enggak pernah terlambat, sehari biasanya dikirim sekitar 20 tabung. Kalau sekarang harga jualnya sudah jadi Rp18 ribu,” ucap Jajang Adi petugas SPBU tersebut.
Sebagai informasi, kenaikan harga elpiji 3 kilogram sesuai dengan Keputusan (SK) Gubernur Jawa Timur: 100.3.3.1/801/KPTS/013/2024 yang diterbitkan pada 24 Desember 2024. (wld/ham/rid)