
Para investor disarahkan untuk mengalihkan investasi ke saham perusahaan-perusahaan yang berketahanan domestik kuat di tengah volatilitas pasar modal di tanah air.
“Dalam kondisi seperti ini, investor disarankan untuk mengalihkan perhatian pada perusahaan-perusahaan yang memiliki ketahanan domestik kuat atau yang tidak terlalu bergantung pada perdagangan internasional,” terang Yusuf R Manilet peneliti ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia.
Hal itu dikarenakan kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) berpotensi mengganggu ekspor dan dinamika perdagangan global yang berdampak langsung pada kinerja perusahaan Indonesia yang berorientasi ekspor.
Dilansir dari Antara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (8/4/2025) pagi bergerak turun mengikuti pelemahan bursa saham global terimbas kebijakan tarif impor AS.
IHSG dibuka melemah 596,33 poin atau 9,16 persen ke posisi 5.914,28. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 92,61 poin atau 11,25 persen ke posisi 651,90.
Merespons kondisi itu, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 09.00 hingga 09.30 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).
Pembekuan perdagangan seiring terjadinya penurunan IHSG, yang mencapai lebih dari 8 persen.
Dalam menghadapi volatilitas IHSG itu, Yusuf menuturkan strategi investor dan pasar perlu difokuskan pada sejumlah langkah penting agar dapat menghadapi kondisi yang penuh ketidakpastian ini secara lebih efektif.
Selain beralih ke perusahaan yang berketahanan domestik kuat, Yusuf mengatakan langkah pertama yang perlu diambil investor adalah menjaga ketenangan dan menghindari keputusan yang tergesa-gesa, karena kepanikan justru berisiko memperburuk situasi serta menimbulkan kerugian yang tidak perlu.
Selain itu, lanjutnya, penting bagi investor untuk secara aktif memantau arah kebijakan Pemerintah Indonesia, termasuk kemungkinan intervensi seperti pemberian subsidi maupun upaya menjalin perjanjian dagang baru dengan negara mitra, yang dapat membantu meredam dampak negatif dari kebijakan tarif tersebut.
Mengingat ekonomi global sudah diwarnai berbagai tantangan, investor juga diminta bersiap menghadapi periode volatilitas dan ketidakpastian dengan pendekatan yang lebih hati-hati, salah satunya melalui strategi diversifikasi portofolio untuk memitigasi risiko. (ant/bel/saf/ipg)