
Pasar saham Asia memperpanjang kemerosotan saham global pada Senin (7/4/2025) hari ini karena Donald Trump Presiden AS menolak untuk mencabut tarif impor AS yang dapat mendorong dunia ke dalam resesi.
Indeks Straits Times (STI) Singapura anjlok 8,57 persen, atau 328,2 poin, menjadi 3.497,66 saat perdagangan dibuka.
Setelah mencoba untuk menutupi kerugian, STI ditutup turun 7,5 persen, atau 285,36 poin. Ini merupakan kerugian satu hari terbesar sejak krisis keuangan global 2008.
Di seluruh pasar, 612 saham turun sementara 137 saham naik. Volume perdagangan sangat besar, dengan saham senilai 4,2 miliar Dolar berpindah tangan, hampir tiga kali lipat rata-rata harian Februari.
“STI telah mengalami penurunan tajam dalam satu hari pada periode ketidakpastian global sebelumnya. Termasuk penurunan 7,4 persen pada Maret 2020 selama pandemi Covid-19, dan penurunan 8,3 persen pada Oktober 2008 selama krisis keuangan global,” kata David Gerald kepala eksekutif Securities Investors Association (Sias) dilansir dari The Straits Time.
“Menurut para ahli, jika tarif terus diberlakukan, hal ini dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan global yang lebih lambat, yang pada gilirannya dapat memicu volatilitas lebih lanjut dan potensi aksi jual di pasar global, termasuk Singapura,” imbuhnya.
Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong ditutup turun 13,2 persen. Ini merupakan situasi terburuk sejak krisis keuangan Asia 1997.
Sedangkan di China, indeks Shanghai turun 7,8 persen, di mana ini merupakan penurunan satu hari terbesar sejak Februari 2020 selama pandemi Covid-19.
Jepang juga terjerumus ke dalam pasar yang melemah, dengan indeks Nikkei turun 7,8 persen, kerugian 23 persen dari puncaknya pada bulan Desember.
Sementara saham Taiwan mengalami penurunan satu hari terbesar yang pernah tercatat dengan indeks Taiex ditutup turun 9,7 persen, sementara indeks Kospi Korea Selatan anjlok 5,6 persen.
Di Eropa, indeks Dax Jerman anjlok 10 persen setelah pembukaan dan turun 6,2 persen. Kemudian CAC Prancis anjlok 6,2 persen dan FTSE Inggris turun 4,6 persen. (saf/ipg)