Jumat, 22 November 2024

Rupiah Ditutup Melemah Jadi Rp16.046 Per Dolar AS pada Selasa Sore

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi - Petugas menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di pusat sebuah bank di Jakarta. Foto: Antara Ilustrasi - Petugas menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di pusat sebuah bank di Jakarta. Foto: Antara

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (7/5/2024), melemah 20 poin atau 0,13 persen menjadi Rp16.046 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.026 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin (6/5/2024) turun ke level Rp16.054 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.025 per dolar AS.

“Fokus minggu ini adalah pada komentar dari beberapa pejabat Fed (Federal Reserve) mengenai jalur suku bunga, terutama setelah data nonfarm payrolls (NFP) yang lebih lemah dari perkiraan membuat para pedagang sekali lagi mulai memperkirakan penurunan suku bunga oleh bank sentral,” kata Ibrahim Assuabi Direktur Laba Forexindo Berjangka, dilansir Antara.

Thomas Barkin Presiden Fed Richmond dan John Williams Presiden Fed New York memberikan pernyataan bahwa tingkat suku bunga saat ini sudah sesuai, yang berarti bisa membawa inflasi ke target 2 persen, sehingga tidak butuh dinaikkan kembali.

Alasan mereka memberikan pernyataan tersebut didasari data PMI (Purchasing Managers’ Index) Manufaktur ISM AS pada April 2024 yang hanya mencapai angka aktual 49,2, lebih rendah dari perkiraan sebesar 50,0 atau dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,3.

Begitu pula dengan data NFP bulan April 2024 yang hanya mencapai angka aktual 175 ribu, lebih rendah dari dugaan sebesar 238 ribu atau dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 315 ribu.

Selain pernyataan dovish yang disampaikan pejabat The Fed, tidak ada data ekonomi penting dari dalam maupun luar negeri yang memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

Menurut Rully Nova Analis Bank Woori Saudara, optimisme pasar terhadap proyeksi penurunan suku bunga oleh The Fed pada September 2024 berpotensi menguatkan kurs rupiah.

“Optimisme pasar akan berlangsung lama mengingat pasar tenaga kerja AS sudah tidak seketat dibanding tahun lalu karena ekonomi AS mulai soft landing tahun ini akibat kebijakan suku bunga tinggi oleh The Fed,” ungkapnya.

Kemudian, data pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2024 yang lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya memberikan euforia terhadap pelaku pasar.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tinggi merefleksikan ekonomi Indonesia yang tidak terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global dan masih kuatnya daya beli masyarakat dengan tingkat konsumsi masyarakat yang masih tinggi,” pungkasnya. (ant/ike/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs