Tom Malik Manajer Komunikasi Merdeka Copper Gold (MDKA) menyatakan bahwa ada sumber daya alam yang memiliki korelasi dengan media siber, salah satunya pertambangan.
“Mungkin tidak begitu terlihat pengaruhnya terhadap media. Namun sejatinya, dunia pertambangan memiliki kaitan erat dengan klasifikasi media siber,” katanya dalam Seminar Nasional “Hilirisasi dan Digitalisasi Ekonomi” yang digelar dalam pelantikan pengurus Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Timur Periode 2024-2028 di Whiz Luxe Hotel Spazio Surabaya, Rabu (20/11/2024).
Tanpa pertambangan, kata dia, indikator seperti internet sebagai bahan bakar utama dari media siber tidak akan terpenuhi.
Selain itu, salah satu contoh produk pertambangan yang tengah naik daun adalah mobil listrik. Item tersebut, menggunakan enam kali lipat mineral dan logam lebih banyak, apabila dibandingkan dengan mobil konvensional.
Ia membeberkan, Indonesia menjadi negara pertama dengan kepemilikan nikel terbesar di dunia. Rinciannya, produksi sebesar 50 persen, dan cadangan sebesar 20 persen.
“Sumber daya ini juga menjadi PDB terbesar di Indonesia. Lantaran statusnya sebagai komoditi yang juga memberikan royalti, bukan sekedar membayar pajak,” jelasnya.
Hingga tahun 2022, pertambangan menyumbangan 13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) indonesia dengan nominal sebesar Rp2.393,4 triliun.
Meskipun begitu, ia menegaskan bahwa implementasi bisnis pertambangan juga memiliki banyak risiko.
“Akibat biaya yang tinggi, perusahaan tambang harus mengeruk sumber daya dengan waktu studi yang tidak sebentar. Setidaknya, butuh waktu lima hingga 10 tahun untuk eksplorasi pertambangan,” ucapnya.
Setelah melewati rangkaian eksplorasi, dibutuhkan kurang lebih 0,5 hingga 100 juta USD untuk penentuan kualitas dan kuantitas deposit mineral dalam tahapan evaluasi.
“Untuk membuka pertambangan secara penuh, butuh waktu setidaknya 20-30 tahun. Dan untuk itu, kita harus bergandengan tangan dengan masyarakat sekitar. Harus bisa membangun komunikasi yang baik,” terangnya.
Ia mengatakan, bisnis dalam dunia pertambangan juga harus melihat segi Environtmental, Social, and Government (ESG).
Dari segi sosial, hasil tambang menurutnya bisa berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Begitu juga dengan peningkatkan kesehatan dan pendidikan masyarakat dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Pertambangan di Jatim, kata dia, punya potensi besar. Contohnya di Banyuwangi terdapat kurang lebih 3.000 orang yang berprofesi sebagai pegawai lokal di bidang pertambangan. Selain itu, tambang juga menjadi motor pembangunan di banyak daerah.
“Tentu saja, bagaimana lokasi pertambangan tersebut menjadi pemicu bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjadi pendapatan negara,” tandasnya.(ris/kev/bil/ipg)