Jumat, 22 November 2024

Pemkot Sebut Inflasi Surabaya Semester Awal Terkendali

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi minyak goreng sesuai HET di pasar murah serentak. Foto: Meilita suarasurabaya.net

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyebut inflasi pada semester awal terkendali berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Juni 2024.

Dari data itu, Kota Surabaya mengalami inflasi month to month (MtM) sebesar -0,37 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 106,41. Angka ini menurun karena dari bulan Mei 2024 yang masih -0,21 persen.

Sementara inflasi secara tahunan atau year on year (YoY) Juni 2024 sebesar 2,35 persen. Ini juga menurun dibandingkan Juni 2023 lalu, 4,91 persen dengan IHK 116,43.

Vykka Anggradevi Kusuma Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Kota Surabaya menyebut, komoditas penyumbang utama inflasi jika dilihat secara tahunan adalah beras. Tapi jika dilihat secara bulanan, penyumbang utama inflasi adalah cabai rawit.

“Jadi memang ada beberapa komoditas yang mempengaruhi deflasi dan inflasi. Kalau deflasi banyak dipengaruhi oleh daging dan telur ayam. Untuk inflasinya, itu cabai rawit yang masih naik,” kata Vykka, Sabtu (6/7/2024).

Penurunan inflasi dipengaruhi adanya Kios Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di 64 pasar yang dikelola oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Surabaya (Dinkopdag) atau PD Pasar Surya.

“Berpengaruh besar, karena Kios TPID ini menyediakan beras, minyak dan kebutuhan pokok lainnya. Ketika harganya naik seperti waktu lalu, kita kendalikan lewat Kios TPID dengan harga jual tidak lebih dari Harga Eceran Tertinggi (HET),” ungkapnya.

TPID Kota Surabaya sudah menyiapkan langkah untuk mengendalikan inflasi. Pertama, membuat harga pasokan terjangkau.

“Dalam hal ini kita melakukan gerakan pangan murah di setiap bulan di beberapa lokasi, seperti di rusunawa dan balai RW. Komoditas yang disediakan antara lain beras, gula, minyak goreng, telur, daging ayam dan produk olahan lainnya,” jelasnya.

Pemkot juga rutin menggelar operasi pasar di tingkat kecamatan demi memantau harga kebutuhan pokok (bapok) yang mengalami penurunan atau kenaikan.

“Sehingga kalau ada harga bapok yang naik, Tim TPID ini bisa langsung melakukan tindakan pengendalian,” imbuhnya.

Strategi kedua, memastikan ketersedian pasokan. Caranya memangau stok dan harga-harga bapok melalui aplikasi dan pemantauan termasuk menindaklanjuti hasil survei. Selain itu, gerakan menanam di lahan milik warga sendiri juga masih digencarkan.

“Langkah ketiga adalah memastikan kelancaran distribusi. Dalam hal ini Pemkot Surabaya melakukan subsidi transportasi untuk komoditas yang harganya sedang tinggi. Sehingga biaya bisa ditekan lewat transportasi,” ungkap Vykka.

Keempat, melakukan komunikasi efektif serta koordinasi dengan semua pihak terkait juga daerah-daerah penghasil komoditas bapok.

Ke depan, ia menargetkan, angka inflasi stabil sampai akhir tahun 2024 dengan evaluasi strategi yang sudah diterapkan.

“Targetnya inflasi di Kota Surabaya bisa stabil. Artinya, sama atau di bawah angka inflasi Nasional dan Jawa Timur,” tandasnya. (lta/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs