Semburat cahaya merekah di atas ratusan papan panel surya yang terpasang rapi di atap SMA Negeri 5 Surabaya.
Selasa, 5 November 2024, sekitar pukul 12.00 WIB, Muhandis Landasi, Staff Sarana Sekolah bidang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sedang mengecek panel surya. Sesekali memastikan inventer Dirrect Current (DC) dan Alternate Current (AC) berkerja dengan baik.
Matahari siang tepat di atas kepala. Udara mulai gerah. Dan Muhandis, masih tampak serius mengurus satu persatu kotak arus searah panel surya.
Penggunaan panel surya berjalan dengan baik di sekolah ini. Bertempat di Jalan Kusuma Bangsa, tengah Kota Surabaya, kucuran matahari berlimpah ruah. Sengatannya membawa berkah.
Sudah lebih dari lima tahun sekolah negeri ini memanfaatkan tenaga surya untuk menyuplai kebutuhan listrik sekolah. Bermula dari sebidang papan panel surya saja, sekarang sudah lebih dari 160 papan yang terpasang.
“Kami mengecek secara rutin. Perawatannya enam bulan sekali,” kata Muhandis kepada suarasurabaya.net.
Ada dua model panel surya yang dipasang oleh sekolah. Pertama On-grid, yakni sistem tenaga surya yang menggunakan rangkaian modul surya untuk menghasilkan listrik dari matahari dan tetap terhubung dengan jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Kedua Off- grid, yakni yang bekerja secara terpusat dan berada di luar jaringan listrik utama PLN. Sistem ini membutuhkan baterai untuk tetap bisa menyuplai listrik, termasuk di saat musim hujan.
“Karena ada dua model, yang off-grid ini bisa tetap membantu kelistrikan saat malam hari, meskipun tidak ada sinar matahari, karena sudah disimpan di baterai,” jelasnya.
Dengan pemakaian panel surya tersebut, ia membeberkan bahwa biaya pembayaran listrik sekolah dalam waktu satu bulan yang biasanya mencapai sekitar Rp25 juta, sekarang bisa berkurang menjadi sekitar Rp15 juta.
“Jadi, hemat hampir mencapai 50 persen dari total daya ini,” katanya.
Bahkan saat ini, Muhandis mengungkapkan jika panel surya besutan sekolah itu juga bisa membantu warga sekitar sekolah, karena berlimpahnya listrik.
“Yang on-grid itu bisa mensuplai warga sekitar, 5 sampai 10 rumah, bisa ambil dari daya kita,” katanya.
PLTS dengan model On-grid, mempunyai kapasitas mencapai 45 ribu kilowatt hour (kWh). Sedangkan dengan model Off-gride, memiliki kapasitas sekitar 7 ribu kWh.
Sukirin Kepala Sekolah SMAN 5 Surabaya menjelaskan, pengggunaan panel surya tersebut merupakan bagian dari langkah sekolah dalam menerapkan energi bersih.
Energi bersih, kata dia, sangat penting diupayakan untuk mendukung lingkungan yang lebih sehat. Apalagi jika sekolah ikut menggaungkan, akan sangat banyak manfaatnya.
“Pasti terkait edukasi juga, jadi bagaimana anak-anak kami memahami hal ini,” katanya.
Selain untuk mendukung terciptanya energi bersih, ratusan panel surya itu juga dijadikan sebagai sarana pembelajaran siswa-siswi, terutama yang mendalami sains. Mereka bisa praktik secara langsung tentang PLTS, dari pemasangannya, penyimpanan batrainya hingga pemanfaatannya. Sehingga, tidak hanya belajar teori di kelas saja, tetapi juga praktik di lapangan.
“Ini juga bisa menginspirasi anak-anak yang studi lanjut ke teknik. Bisa belajar di sini, sehingga inovasinya bisa mengarah ke energi bersih,” ucapnya.
Dana Puspita Sari Manager Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jatim memberi dukungan terhadap penggunaan green energy hingga ke sekolah.
“Kami sangat mendukung dengan antusiasme penggunaan green energy sampai sekolah-sekolah. Hal ini menunjukan kesadaran terhadap green energy semakin meluas di berbagai kalangan,” ucapnya secara terpisah kepada suarasurabaya.net
Ia mengatakan, secara keseluruhan, penggunaan PLTS saat ini menjadi penting karena didorong oleh kebutuhan energi yang lebih ramah lingkungan, efisien dan berkelanjutan. Hal tersebut, meliputi pemanfaatan sumber energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, dan mendukung transisi energi Net Zero Emission (NZE) 2060.
Pihaknya memastikan, PLN akan terus berupaya mengenalkan energi bersih kepada masyarakat, termasuk generasi muda, dengan memanfaatkan event PLN mengajar dan berbagai bentuk sosialisasi.
“PLN berkomitmen dalam mendukung transisi energi secara nasional untuk mewujudkan energi berkelanjutan,” tuturnya.
Saat ini, lanjut dia, PLN bukan hanya perusahaan utilitas energi saja, tetapi juga perusahaan yang concern terhadap lingkungan berkelanjutan.
Pemanfaatan panel surya di sekolah menjadi contoh bagus untuk pengembangan energi bersih. Pengetahuan dan manfaat dari PLTS sudah nyata dirasakan oleh guru, siswa, pekerja di sekolah hingga warga sekitar. Dukungan dari PLN juga sudah berjalan. Tinggal bagaimana bisa menerapkannya. Tentu, konsistensi dan kolaborasi harus terus dijaga, untuk memastikan cita-cita lingkungan sehat terwujud.
Ke depan, bukan mustahil kehidupan masyarakat, dari sekolah, karang taruna, desa-desa, perusahaan, hingga gedung-gedung pemerintahan memanfaatkan energi bersih.
Mencintai lingkungan bisa dilakukan dengan saling bergandengan tangan. Dan semangat optimistis, adalah langkah awal untuk membuktikan hal tersebut.(ris/iss)