Jumat, 22 November 2024

Kemenperin: Penutupan Pabrik Sepatu Bata Kurang Tepat di Tengah Pertumbuhan Industri

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Adie Rochmanto Pandiangan Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Adie Rochmanto Pandiangan Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Foto: Dok. Kemenperin

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai efisiensi yang dilakukan Manajemen PT Sepatu Bata Tbk dengan menutup pabriknya yang telah beroperasi sejak 1994 di Purwakarta, Jawa Barat, merupakan langkah yang kurang tepat di tengah tumbuhnya industri sepatu dalam negeri.

Dilansir Antara, Rabu (8/5/2024), Adie Rochmanto Pandiangan Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Kemenperin menjelaskan bahwa industri sepatu nasional telah tumbuh hingga 5,9 persen secara tahunan (YoY) pada triwulan I 2024.

Pertumbuhan itu didorong oleh kebijakan pengendalian terhadap impor barang jadi, jaminan bahan baku, serta ada regulasi larangan dan pembatasan (Lartas) untuk barang konsumsi alas kaki.

Menurutnya, pertumbuhan tersebut juga dapat dilihat dari peningkatan ekspor sebesar 0,95 persen (YoY), penurunan impor hingga 1,38 persen (YoY), serta kinerja Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang terus mengalami kenaikan secara berturut-turut mulai November 2023 hingga Februari 2024.

Kemudian, ia menyampaikan bahwa kebijakan lartas yang diterapkan oleh Pemerintah seharusnya dianggap sebagai angin segar bagi industri dalam negeri agar terus meningkatkan produksinya.

Salah satu faktor yang menyebabkan PT Sepatu Bata Tbk menutup pabriknya di Purwakarta yakni inefisiensi produksi, serta produk yang tidak memenuhi selera konsumen, sehingga perusahaan itu memilih untuk lebih fokus pada lini bisnis ritel.

“Dari data yang ada, pabrik Sepatu Bata sebelum penutupan hanya menyisakan 233 orang karyawan dan produksi yang hanya 30 persen dari kapasitas. Di sisi lain terjadi juga penurunan produksi di pabrik tersebut, dari 3,5 juta pasang pada 2018 menjadi 1,15 juta pasang di 2023,” kata Adie.

Dampaknya, PT Sepatu Bata Tbk mengalami peningkatan kerugian setiap tahun, terus menurunnya nilai aset, menurunnya ekuitas, serta liabilitas yang terus meningkat,” jelasnya.

Meski demikian, Adie menyampaikan setelah kondisi perusahaan membaik, pihaknya berharap PT Sepatu Bata bisa membuka kembali pabriknya di Indonesia dengan kapasitas yang lebih besar.

“Untuk PT Sepatu Bata Tbk, pemerintah juga terus mendorong agar meningkatkan ekspor dari produksi dalam negeri sebagai bagian dari rantai pasok global merek Bata bersama afiliasinya di luar negeri,” katanya. (ant/sya/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
26o
Kurs