Jumat, 22 November 2024

Jokowi Tekankan Pentingnya Mengendalikan Deflasi dan Inflasi

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Joko Widodo Presiden RI dan Iriana Ibu Negara usai meninjau Pasar Dukuh Kupang, Jumat (20/9/2024). Foto: Meilita Elaine suarasurabaya.net

Joko Widodo (Jokowi) Presiden mengatakan, deflasi maupun inflasi sebaiknya harus sama-sama dikendalikan supaya tidak merugikan semua pihak.

“Apapun yang namanya deflasi maupun inflasi itu dua-duanya memang harus dikendalikan. Sehingga, harga stabil, tidak merugikan produsen, bisa petani, bisa nelayan, bisa UMKM, bisa pabrikan, tetapi juga dari sisi konsumen supaya harga juga tidak naik,” ungkap Jokowi usai membuka Nusantara TNI Fun Run di IKN, Kalimantan Timur, Minggu (16/10/2024) yang dilansir Antara.

Hal itu disampaikan Jokowi menanggapi deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut, sebagaimana laporan dari Bada Pusat Statistik (BPS).

Kepala Negara meminta penyebab terjadinya deflasi tersebut dicek lebih lanjut lagi, apakah karena penurunan harga barang atau memang daya beli masyarakat yang berkurang.

“Coba dicek betul, deflasi itu karena penurunan harga-harga barang, karena pasokannya baik, karena distribusinya baik, karena transportasi tidak ada hambatan atau karena memang ada daya beli yang berkurang. Pengendalian itu yang diperlukan, keseimbangan itu yang diperlukan,” ucap Jokowi.

Lebih lanjut, Presiden juga menyinggung catatan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) pada September 2024 sebesar 1,84 persen yang dinilainya sudah baik.

“Saat ini kalau terakhir inflasi year-on-year itu kira-kira 1,8, baik, tetapi jangan sampai itu terlalu rendah juga supaya produsen tidak dirugikan, supaya petani yang berproduksi tidak dirugikan. Itu menjaga keseimbangan itu yang tidak mudah dan kita akan berusaha terus,” tuturnya.

Sebelumnya, Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan (Menkeu) meyakini deflasi yang telah terjadi selama lima bulan beruntun ini bukan sinyal negatif bagi perekonomian.

Hal itu karena deflasi disebabkan oleh komponen harga bergejolak (volatile food) yang berkaitan dengan komoditas pangan. Dengan deflasi pangan, maka harga bahan makanan di pasar dalam kondisi stabil atau bahkan menurun.

“Deflasi lima bulan terakhir terutama dikontribusikan penurunan harga pangan. Menurut saya, ini suatu perkembangan positif, terutama terhadap daya beli masyarakat,” ungkap Sri Mulyani.

Dia menambahkan belanja masyarakat, utamanya kelompok menengah bawah, didominasi oleh belanja makanan. Artinya, harga pangan di pasar yang menurun justru bisa membantu masyarakat menjangkau bahan-bahan makanan dengan lebih murah.

BPS mencatat perekonomian Indonesia mengalami deflasi 0,12 persen (month-to-month/mtm) pada September 2024. Tren deflasi ini telah berlangsung sejak Mei 2024, dengan rincian deflasi 0,03 persen pada Mei, 0,08 persen pada Juni, 0,18 persen pada Juli, dan 0,03 persen pada Agustus.

Inflasi tahunan tercatat 1,84 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 0,74 persen (year-to-date/ytd).(ant/nis/bil/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs