Jumat, 22 November 2024

Ekonom: Kenaikan BI-Rate Bisa Tarik Aliran Modal Masuk

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Ilustrasi. Petugas menghitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11/2019). Foto: Antara

Andry Asmoro Pakar Ekonom menilai, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-rate menjadi 6,25 persen bisa menarik aliran modal masuk (capital inflow) di tengah ketidakpastian global, yang akhirnya berdampak pada stabilitas sektor keuangan.

“Kebijakan BI akan mendukung stabilitas keuangan dan menarik aliran modal masuk di tengah ketidakpastian global,” kata Asmo di Jakarta, Kamis (25/4/2024), dikutip Antara.

Menurut Ekonom Bank Mandiri itu, melemahnya perekonomian global dan meningkatnya ketegangan geopolitik akan mendorong pelaku pasar menempatkan dananya pada instrumen yang dianggap aman (safe haven), seperti Dollar AS dan komoditas emas.

Pergerakan indeks Dollar (DXY) masih terus meningkat, menjadi level 105-106 dari sebelumnya 101 pada akhir 2023. Kenaikan tersebut menunjukkan berlanjutnya penguatan Dollar AS terhadap nilai tukar sejumlah mata uang utama.

Tapi, seiring dengan kenaikan suku bunga BI, investor diharapkan mengalihkan dananya dari Dollar AS menuju pasar Indonesia.

Terlebih, Asmo memperkirakan The Fed masih akan mempertahankan suku bunga pada level tinggi 5,50 persen selama satu hingga tiga bulan ke depan.

Bank Sentral AS diproyeksikan baru menurunkan suku bunga 25 basis poin (bps) hingga 50 bps pada September mendatang dengan probabilitas 46,2 persen.

“Kami melihat kemungkinan pergerakan BI-rate sangat kecil, sehingga BI-rate diperkirakan akan dipertahankan pada level 6,25 persen hingga akhir 2024,” ujar Asmo.

Sementara, tingkat inflasi Indonesia diperkirakan bisa bertahan pada kisaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 kalau pemerintah terus berupaya mengelola harga pangan dan energi.

“Ke depan, peningkatan BI-rate, optimalisasi triple intervensi, dan kebijakan BI yang pro pasar melalui penerbitan instrumen baru diharapkan dapat menarik aliran dana asing, meningkatkan cadangan devisa, dan mengurangi tekanan eksternal terhadap depresiasi rupiah lebih lanjut. Dalam jangka pendek, volatilitas pasar keuangan akan lebih tinggi,” kata Asmo.

BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps dengan tujuan memperkuat stabilitas nilai tukar dan mencegah pertumbuhan ekonomi dari dampak rambatan global.

Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23-24 April 2024, BI juga meningkatkan suku bunga deposit facility sebanyak 25 bps menjadi 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebanyak 25 bps menjadi 7 persen.

Selain itu, keputusan tersebut juga untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability. (ant/azw/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs