Donald Trump Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) pada, Senin (25/11/2024), mengatakan bahwa dia akan menerapkan bea masuk sebesar 25 persen untuk impor dari Kanada dan Meksiko sampai negara-negara tersebut menindak tegas urusan narkoba dan migran yang menyeberangi perbatasan.
Para kritikus berpendapat bahwa tarif tersebut akan merusak kerja sama ekonomi dan merenggangkan hubungan antara AS dan para mitra dagang terdekatnya.
Melansir Antara, Sabtu (30/11/2024), sejumlah pakar ekonomi bahkan menyebutkan bahwa langkah itu memaksa para bisnis untuk membebankan biaya tambahan kepada konsumen.
Arahnya tentu pada kenaikan harga signifikan pada barang-barang kebutuhan pokok, peningkatan ketimpangan, dan berkurangnya pilihan konsumen.
“Tarif yang diusulkan oleh Trump pada awal pekan ini berpotensi membebani setiap konsumen AS dengan tambahan biaya sebesar 810 dolar AS per tahun,” ungkap James Knightley, kepala ekonom internasional di ING, sebuah lembaga keuangan.
Pembeli mobil kemungkinan akan menghadapi kenaikan harga yang signifikan. Hal itu akan memperburuk kondisi pasar yang sudah sulit, dengan biaya-biaya telah meningkat di luar jangkauan banyak orang.
Dengan harga rata-rata kendaraan baru saat ini sekitar 48.000 dolar AS, biaya tambahan dari tarif tersebut dapat mendorong kepemilikan mobil semakin jauh dari jangkauan banyak orang.
Volkswagen, Stellantis, General Motors, dan Ford diperkirakan akan terkena dampak paling besar dari usulan tarif itu, kata Daniel Roeska, analis Bernstein. “Tarif 25 persen untuk Meksiko dan Kanada akan sangat melumpuhkan industri otomotif AS,” ujarnya.
Selain menimbulkan dampak ekonomi yang cukup signifikan di AS, efek riak dari tarif tersebut juga akan meluas ke seluruh dunia.
Para produsen Kanada, khususnya di industri otomotif dan baja, khawatir bahwa biaya tambahan ini akan membuat produk-produk mereka kurang kompetitif di pasar AS, yang merupakan tujuan utama ekspor Kanada.
Sementara David Eby Perdana Menteri (PM) British Columbia jelang pertemuan dengan Justin Trudeau PM Kanada, Rabu (27/11/2024) lalu, menyebut tarif itu “tidak dapat dibenarkan” dan “sangat merugikan” bagi industri kehutanan dan perkayuan di provinsi tersebut.
Jesper Brodin, CEO perusahaan Eropa Ingka Group yang merupakan pemegang waralaba terbesar IKEA, mengatakan bahwa harga-harga akan sulit ditekan jika AS memberlakukan rencana tarifnya.
“Secara umum, kami tidak yakin tarif akan menguntungkan perusahaan internasional dan perdagangan internasional. Pada akhirnya, hal itu berisiko membebani tagihan para pelanggan,” kata Brodin ketika ditanya tentang kebijakan tarif Trump.
“Penerapan tarif yang tinggi tidak pernah membawa keuntungan bagi kami,” sebutnya, mengacu pada IKEA dan ekonomi global.
Di sisi lain, Meksiko sedang mempertimbangkan langkah balasan. Claudia Sheinbaum Presiden pada, Selasa (26/11/2024), mengusulkan bahwa Meksiko dapat membalas dengan mengenakan tarifnya sendiri.
“Satu tarif akan diikuti oleh tarif lainnya sebagai respons, dan seterusnya sampai kita membahayakan bisnis bersama,” ungkap Sheinbaum, mengacu pada produsen mobil AS yang memiliki pabrik di kedua sisi perbatasan.
Sebuah artikel di New York Times mengatakan bahwa entah ancaman tarif Trump menunjukkan kehebatannya dalam membuat kesepakatan atau hanya menabur kekacauan, pendekatan tersebut menggambarkan keinginannya untuk merombak hubungan global demi keuntungan AS.
Ancaman-ancaman terbaru ini mengindikasikan potensi kekacauan perdagangan selama empat tahun ke depan, mirip dengan masa jabatan pertama Trump saat dia mengacak-acak hubungan ekonomi dan diplomatik negara tersebut, tulis surat kabar tersebut. (ant/nis/bil/ipg)