Merespons TikTok Shop yang dibuka kembali, Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot) Surabaya meminta pedagang toko offline menyesuaikan perkembangan digitalisasi.
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyebut, pasar tradisional, pusat belanja mal maupun pusat grosir memang tetap ada. Namun tidak bisa memaksa bertahan jika enggan mengikuti zaman.
“Pasar itu kan mau tidak mau, bagaimana kita memasarkan tidak hanya di tempat (offline) tapi di dunia maya,” kata Eri pada Rabu (13/12/2023).
Menurutnya setiap pedagang tetap harus mulai belajar menjual lewat online agar mengimbangi penjualan secara offline.
“Biar orang pesan, bisa, karena itu digitalisasi tidak bisa ditinggalkan,” tambah Eri.
Rencananya, Pemkot akan membantu mencarikan solusi, dengan melatih para pedagang memanfaatkan gadget dan media sosial atau online shop.
“Cara menjaga melatih mereka, menyampaikan agar menjual program yang mereka miliki,” tuturnya.
Ia belum menjelaskan rinci, yang pasti Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya sedang menyiapkan.
“Betul persiapan itu (pembinaan oleh dinas),” tandasnya.
Diketahui, TikTok Shop resmi mengumumkan buka kembali tepat di-Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) per kemarin, Selasa (12/12/2023) usai bermitra dengan Tokopedia. Proses belanja, masih sama seperti sebelumnya, langsung checkout tanpa perlu aplikasi tambahan.
“Mulai hari Senin, 11 Desember 2023 pukul 9:00 WIB, kreator dapat mengakses dan mengelola produk di Etalase dan Creator Center. Pelanggan juga bisa mulai membeli produk melalui Shop Tab, Video Pendek, dan sesi LIVE di aplikasi TikTok pada Selasa, 12 Desember 2023,” bunyi edaran online TikTok Shop untuk creator.
Sementara Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan RI merespons, memberi izin sinergi TikTok Shop dan Tokopedia selama maksimal empat bulan untuk mengutamakan produk lokal baru kemudian dievaluasi.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia resmi melarang dan menutup TikTok Shop untuk transaksi pada Rabu (4/10/2023) pukul 17.00 WIB.
Kebijakan ini menuai pro dan kontra. Banyak pedagang toko offline atau pasar grosir yang tak pernah terjun dalam penjualan online, mengaku setuju dan berharap lebih ramai pembeli. Kondisi itu juga terjadi di Surabaya. (lta/saf/iss)