Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada, Senin (4/12/2023) pagi, menguat sebesar 51 poin atau 0,33 persen menjadi Rp15.434 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.485 per dolar AS.
Ariston Tjendra Pengamat Pasar Uang menyatakan rupiah berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah pelaku pasar menilai pernyataan Jerome Powell Gubernur Federal Reserve (The Fed) di akhir pekan lalu lebih dovish dibandingkan sebelumnya.
“Ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS sebelum pertengahan tahun depan meningkat. Menurut survei CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan di Maret naik menjadi sekitar 60 persen dari sebelumnya 21 persen,” kata Ariston di Jakarta, Senin, seperti dilansir Antara.
Selain itu, lanjutnya, data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Institute of Supply Management (ISM) AS yang dirilis, Jumat (1/12/2023) lalu, juga memperlihatkan kondisi manufaktur AS yang masih berkontraksi, yakni 46,7 dengan ekspektasi 47,6.
Hal ini mendukung ekspektasi bahwa suku bunga the Fed tidak lama lagi dipangkas.
Melihat sentimen dari dalam negeri, kondisi inflasi yang masih terkendali membantu memberikan sentimen positif ke rupiah.
“Potensi penguatan ke arah Rp15.450-Rp15.400 dengan resisten di kisaran Rp15.500,” ujar Ariston.
Lukman Leong Analis pasar mata uang menyatakan bahwa Powell mengeluarkan pernyataan terkait kebijakan dan ekonomi yang saat ini dinilai sudah ideal. Kontraksi data PMI manufaktur ISM AS disebabkan pengetatan tingkat suku bunga The Fed yang tinggi.
Dalam meninjau faktor internal, Lukman mengatakan tidak ada data ekonomi domestik hari ini. Data ekonomi dari Indonesia pada pekan ini akan dirilis hari Kamis (7/12/2023) mendatang, yang diperkirakan bertambah ke kisaran 135 miliar dolar AS.
Serta data penjualan ritel pada, Jumat (8/12/2023), yang diprediksi tumbuh 1,9 persen. (ant/faz)