Rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,10 persen atau 15 poin menjadi Rp15.185 per Dolar Amerika Serikat (AS), dari sebelumnya Rp15.170 per Dolar AS.
“Mata uang rupiah ditutup melemah 15 poin. Walaupun sebelumnya sempat menguat 10 poin di level Rp15.185 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.170 (per dolar AS),” Ibrahim Assuaibi Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka dilansir Antara pada Senin (7/8/2023).
“Sedangkan untuk perdagangan pada Selasa (8/8/2023) besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.170- Rp15.230 per Dolar AS,” imbuhnya.
Dolar AS disebut dalam posisi defensif setelah laporan pekerjaan AS yang beragam, memberi sedikit keyakinan arah dan karena fokus pasar beralih ke data inflasi dari dua ekonomi terbesar dunia yang akan dirilis minggu ini.
Perekonomian AS menambahkan pekerjaan lebih sedikit dari yang diharapkan pada Juli 2023, tetapi mencatat kenaikan upah yang solid dan penurunan tingkat pengangguran.
Data tingkat pengangguran AS menunjukkan penurunan dari sebelumnya 3,6 persen menjadi 3,5 persen, dan rata-rata upah per jam tumbuh 0,4 persen dari 0,3 persen.
“Sementara Dolar jatuh ke level terendah dalam satu minggu terhadap sekeranjang mata uang, setelah data kerugiannya dibatasi karena laporan tersebut menunjuk ke pasar tenaga kerja yang masih ketat, menunjukkan Federal Reserve mungkin perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama,” ungkapnya.
Ariston Tjendra pengamat pasar uang telah memperkirakan, nilai tukar Rupiah berpotensi melemah Dolar AS masih terbuka, kendati mengalami penguatan pada pembukaan perdagangan.
Nilai tukar (kurs) Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi menguat tipis 0,02 persen atau 2 poin menjadi Rp15.168 per Dolar AS, dari sebelumnya Rp15.170 per dolar AS.
Isu pelambatan ekonomi di China disebut menjadi faktor pelemah nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Sebab Indonesia memiliki hubungan dagang yang besar dengan China. (saf/ipg)